KOMPAS.com – Ada banyak godaan yang seringkali kita hadapi ketika Lebaran. Salah satunya adalah tantangan menjaga pola makan agar tetap sehat.
Godaan tidak hanya dirasakan oleh kita yang masih sehat, tapi juga dihadapi oleh penderita hipertensi, diabetes, dan orang yang sedang berusaha menurunkan berat badan.
Karena pilihan makanan menjadi sangat krusial selama Lebaran sebab dapat menaikkan bobot, tekanan darah dan gula darah, tentu kita harus cermat sebelum melahapnya.
Menikmati momen Lebaran dengan makanan yang manis, bersantan, dan berlemak memang nikmat. Tapi, jangan makan berlebihan, ya!
Supaya tidak kebablasan, simak dulu saran yang diberikan beberapa hali gizi berikut ini.
Seringkali kita memandang makanan tertentu secara negatif karena dianggap tidak menyehatkan.
Namun, menurut ahli gizi, Lisa Young, Ph.D, RDN, lebih baik kita menemukan cara positif untuk “mendekati” makanan yang membuat kita merasa sehat.
"Pikirkan tentang apa yang dapat Anda tambahkan ke rencana makan sebagai lawan dari apa yang harus Anda ambil," katanya.
"Misalnya, dengan bersikap positif, dan berfokus pada penambahan produk yang lebih sehat, Anda mungkin tidak lagi menginginkan junk food lagi."
Adalah hal yang wajar bagi kita apabila ingin menyantap makanan yang dianggap tidak menyehatkan bagi tubuh, misalnya saat Lebaran tiba.
Ahli diet bersertifikat, Amy Goodson, MS, RD, CSSD, LD, merekomendasikan supaya kita menerapkan prinsip 80/20 saat makan. Apa maksudnya?
Artinya kita diminta untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi sebanyak 80 persen selama Lebaran.
Sementara, untuk 20 persen sisanya bisa digunakan untuk memakan “hidangan tahunan” yang biasa disantap ketika momen-momen penting, seperti Idul Fitri.
“Aturan 80/20 dapat membantu menjaga keseimbangan dalam rutinitas liburan sambil tetap menikmati apa yang Anda sukai,” ujar Goodson.
Makanan kaya nutrisi yang bisa kita asup, antara lain karbohidrat berserat tinggi, protein tanpa lemak, lemak sehat, produk susu, buah, dan sayuran.