Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi dan Anak-anak Berisiko Jadi Thirdhand Smoker, Ini Bahayanya

Kompas.com - 10/05/2022, 12:21 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

"Kami sedang mencari penyebab lain untuk kanker paru selain dari paparan asap rokok langsung," katanya.

2. Asap rokok merusak DNA

Sebuah riset menemukan bahwa terpapar asap rokok dapat menyebabkan kerusakan dan pemutusan DNA manusia.

"Kerusakan DNA adalah risiko nyata dan dapat meningkatkan peluang untuk terkena penyakit," lanjut Dr. Choi.

3. Senyawa penyebab kanker

Ketika ada seseorang yang merokok di dalam ruangan atau mobil. Bahan kimia beracun dapat menempel pada dinding, pakaian dan permukaan serta kulit.

Hasil penelitian yang diterbitkan pada 2010 ditemukan fakta bahwa nikotin ini bereaksi dengan asam nitrat di udara.

Zat tersebut membentuk karsinogen, senyawa yang dapat menyebabkan kanker.

Meski begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut soal dampak paparan residu asap rokok bagi orang yang tidak menjadi perokok aktif atau pasif.

Baca juga: Waspadai, 6 Gangguan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Perokok

Bayi dan anak-anak berisiko menjadi thirdhand smoker

Anak-anak dan bayi merupakan kelompok rawan yang menjadi thirdhand smoker.

dr. Choi menyampaikan risiko tinggi pada bayi dan anak yang menjadi thirdhand smoker.

Hal tersebut disebabkan oleh anak-anak, terutama yang masih kecil sering menyentuh benda-benda yang ada di sekitarnya.

Mereka bahkan memasukan benda tersebut ke hidung atau mulutnya. Kebiasaan ini dapat meningkatkan paparan terhadap bahan kimia beracun.

Sementara orang dewasa yang tinggal bersama perokok tetapi mereka tidak merokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap dampak asap rokok bagi kesehatan.

Salah satu mencegah dari risiko ini adalah mengimbau si perokok untuk berhenti merokok. Atau paling tidak merokok di tempat lain yang sulit dijangkau anak-anak. 

"Jika Anda perokok, jangan pernah merokok di dalam rumah," 

"Karena bahkan jika tidak mencium bau asapnya lagi, itu (partikel nikotin) masih ada. Tetap saja, pendekatan terbaik adalah menghindarinya sepenuhnya," demikian pungkas Dr. Choi. 

Baca juga: Bulan Puasa, Yuk Berhenti Merokok dan Jadi Lebih Sehat

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com