Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi dan Anak-anak Berisiko Jadi Thirdhand Smoker, Ini Bahayanya

Kompas.com - 10/05/2022, 12:21 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam istilah kebiasaan merokok tak cuma ada istilah perokok aktif dan pasif. Tapi ada istilah yang disebut thridhand smoker atau perokok tipe ketiga.

Istilah tersebut merujuk pada risiko kesehatan yang ditimbulkan dari asap rokok. Bahaya tersebut bisa mengintai meski mereka tidak menjadi perokok aktif atau pasif.

Perlu diketahui, asap rokok adalah bentuk dari residu atau sisa nikotin dan bahan kimia lain yang terkandung pada rokok.

Zat atau partikel tersebut bisa tertinggal di pakaian dan menempel di permukaan lain seperti pada dinding, karpet dan permukaan lain setelah seseorang merokok di area tersebut.

Para peneliti percaya bahwa bahan kimia atau partikel tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh, seperti halnya perokok aktif dan pasif.

Buruknya, residu asap rokok yang menumpuk dari waktu ke waktu di sebagian besar permukaan cenderung sulit dibersihkan.

Partikel ini bisa bertahan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

“Ini tidak bisa dihilangkan dengan metode pembersihan biasa dan Anda tidak dapat mengeluarkannya dari ruangan atau mobil dengan kipas angin atau penyedot debu,” jelas Dr. Choi.

Untuk alasan ini, terkadang satu-satunya solusi adalah mengganti karpet, mengecat ulang dinding, dan membersihkan sistem ventilasi.

Jadi, sangat mahal untuk benar-benar membersihkan ruangan dari paparan, residu hingga bahaya asap rokok demi keluarga sehat.

Baca juga: Apakah Paru-paru Perokok Kembali Normal Setelah Berhenti Merokok?

Risiko kesehatan menjadi thirdhand smoker

Melansir Cleveland Clinic, dalam sebuah riset para peneliti berupaya menyelidiki sejumlah dampak atau risiko yang akan terjadi jika seseorang menjadi thirdhand smoker.

Berikut risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan akibat paparan asap rokok yang tertinggal di area merokok.

1. Risiko gangguan paru

Dokter ahli paru dari Cleveland Clinic, Humberto Choi, MD menyebutkan ada potensi peningkatan masalah paru, termasuk kanker paru-paru yang tidak terkait langsung dengan perokok pasif.

Risiko ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut guna meninjau dampak asap rokok terhadap tubuh.

Meski begitu, dalam penelitian yang pernah dilakukan, asap rokok tetap berpotensi meningkatkan risiko gangguan paru.

"Kami sedang mencari penyebab lain untuk kanker paru selain dari paparan asap rokok langsung," katanya.

2. Asap rokok merusak DNA

Sebuah riset menemukan bahwa terpapar asap rokok dapat menyebabkan kerusakan dan pemutusan DNA manusia.

"Kerusakan DNA adalah risiko nyata dan dapat meningkatkan peluang untuk terkena penyakit," lanjut Dr. Choi.

3. Senyawa penyebab kanker

Ketika ada seseorang yang merokok di dalam ruangan atau mobil. Bahan kimia beracun dapat menempel pada dinding, pakaian dan permukaan serta kulit.

Hasil penelitian yang diterbitkan pada 2010 ditemukan fakta bahwa nikotin ini bereaksi dengan asam nitrat di udara.

Zat tersebut membentuk karsinogen, senyawa yang dapat menyebabkan kanker.

Meski begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut soal dampak paparan residu asap rokok bagi orang yang tidak menjadi perokok aktif atau pasif.

Baca juga: Waspadai, 6 Gangguan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Perokok

Bayi dan anak-anak berisiko menjadi thirdhand smoker

Anak-anak dan bayi merupakan kelompok rawan yang menjadi thirdhand smoker.

dr. Choi menyampaikan risiko tinggi pada bayi dan anak yang menjadi thirdhand smoker.

Hal tersebut disebabkan oleh anak-anak, terutama yang masih kecil sering menyentuh benda-benda yang ada di sekitarnya.

Mereka bahkan memasukan benda tersebut ke hidung atau mulutnya. Kebiasaan ini dapat meningkatkan paparan terhadap bahan kimia beracun.

Sementara orang dewasa yang tinggal bersama perokok tetapi mereka tidak merokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap dampak asap rokok bagi kesehatan.

Salah satu mencegah dari risiko ini adalah mengimbau si perokok untuk berhenti merokok. Atau paling tidak merokok di tempat lain yang sulit dijangkau anak-anak. 

"Jika Anda perokok, jangan pernah merokok di dalam rumah," 

"Karena bahkan jika tidak mencium bau asapnya lagi, itu (partikel nikotin) masih ada. Tetap saja, pendekatan terbaik adalah menghindarinya sepenuhnya," demikian pungkas Dr. Choi. 

Baca juga: Bulan Puasa, Yuk Berhenti Merokok dan Jadi Lebih Sehat

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com