Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/05/2022, 08:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Lebaran menjadi momen menyenangkan untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar sekaligus bersantai dan mengurangi stres.

Namun, pasca libur Lebaran, anak cenderung mengalami demam.

Demam ini bisa disebabkan oleh perubahan pola makan, waktu istirahat yang berkurang, dan ritme tubuh yang berubah saat liburan.

Paparan virus atau infeksi juga rentan menyerang anak selama perjalanan liburan. Ditambah lagi, jika anak kelelahan dan tidak memiliki sistem kekebalan yang kuat.

Hal ini disampaikan Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Tropik IDAI, Dr dr Anggraini Alam, SpA(K).

Baca juga: Mana yang Benar Saat Demam: Kompres Panas Atau Dingin?

"Selama perjalanan mudik Lebaran, dari keberangkatan, moda transportasi yang digunakan, sampai ke tujuan, hingga kembali lagi ke keluarga, anak bisa terpapar makanan atau air yang terkontaminasi mikroorganisme."

Begitu pemaparan Anggraini dalam diskusi virtual "Serba-Serbi Penyakit Anak Pasca Lebaran" yang dihelat Selasa (10/5/2022).

Bukan itu saja. Ditambahkan Anggraini, sepanjang perjalanan, anak juga dapat terkena gigitan serangga atau hewan tertentu, dan tertular infeksi dari orang lain.

Maka dari itulah, ia menyarankan orangtua untuk mengecek suhu tubuh anak pasca libur Lebaran.

"Saat ini, suhu tubuh anak normal sekitar 36,8 derajat celsius. Jika di atas itu, maka perlu diwaspadai," tutur wanita tersebut.

Lebih lanjut Anggraini mengatakan, suhu tubuh manusia tertinggi terjadi pada pukul 9.00 dengan kisaran suhu antara 36,4-37 derajat celsius.

Sedangkan, pada siang hari (sekitar pukul 13.00), suhu tubuh hanya berada di angka 35,9-36,5 derajat celsius.

"Anak dikatakan demam jika suhunya sudah lebih dari 37,5 derajat celsius," kata dia.

Anggraini mengingatkan orangtua agar mewaspadai beberapa penyakit infeksi yang menunjukkan demam.

Baca juga: Kapan Orangtua Perlu Khawatir ketika Anak Demam

Selain Covid-19, penyakit yang juga perlu diperhatikan adalah influenza yang menimbulkan gejala sakit kepala dan tenggorokan.

"Anak yang main, luka-luka kemudian tidak mandi bisa saja terkena penyakit akibat bakteri leptospira (bakteri yang ditularkan dari hewan)," jelas dokter yang akrab disapa Anggi itu.

Penyakit lain yang menyebabkan anak demam yaitu infeksi saluran kemih. Hal ini biasanya terjadi ketika anak menahan buang air kecil, atau popoknya penuh kotoran dan telat diganti.

Sejatinya, dituturkan Anggraini, demam merupakan reaksi normal tubuh untuk melawan kuman.

Namun jika anak merasa tidak nyaman, orangtua dianjurkan untuk memberikan obat penurun demam.

"Berikan obat penurun demam sehingga aktivitas anak terjaga, mood bagus, nafsu makan juga membaik," ungkap dia.

Obat penurun demam bisa dikonsumsi anak jika ia mengalami demam dengan suhu setidaknya 38 derajat celsius, catat Anggraini.

"Biarkan anak beristirahat. Tetapi jika anak masih bisa beraktivitas ringan, jangan dipaksa bed rest."

Metode lain yang bisa dilakukan orangtua ketika anak demam adalah kompres air hangat.

"Penggunaan kompres air hangat di lipat ketiak dan selangkangan selama 10-15 menit akan membantu menurunkan demam."

Baca juga: 5 Cara Menurunkan Demam pada Anak dengan Cepat

"Jangan sekali-kali menggunakan kompres dingin atau kompres alkohol. Kompres dingin akan membuat suhu tubuh anak menjadi naik," ujar dia.

"Kompres alkohol lebih berbahaya karena uapnya toksik."

Anak yang mengalami demam harus segera dibawa ke dokter jika:

  • Usia anak kurang dari tiga bulan
  • Anak berusia 3-36 bulan demam lebih dari tiga hari atau terdapat tanda bahaya
  • Anak berusia 3-36 bulan dengan demam tinggi (39 derajat celsius)
  • Anak memiliki suhu tubuh di atas 40 derajat celsius
  • Anak dengan kejang demam
  • Anak yang demam berulang
  • Anak memiliki penyakit tertentu

Demi mencegah penyakit, sambung Anggraini, anak sebaiknya diajari perilaku hidup bersih dan sehat.

"Rajin mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir, cuci alat makan, jangan meminjam alat makan, jangan biasakan jajan yang kita tidak tahu kebersihannya."

"Terapkan protokol kesehatan 6M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi, dan melakukan vaksin jika anak sudah bisa divaksin," sebutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com