Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/05/2022, 17:44 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Naiknya asam lambung dan juga refluks gastroesofageal (Gerd) ternyata merupakan penyakit yang sering membuat produktivitas karyawan menurun.

Menimbulkan gejala berupa nyeri dada, perut tidak nyaman, batuk kering, hingga sulit menelan, membuat pekerja yang menderita Gerd sulit melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Beberapa penelitian di dunia menunjukkan bahwa dispepsia atau penyakit maag dan Gerd menyumbang beban yang signifikan pada pasien perawatan primer, dalam hal ketidakhadiran kerja dan penurunan produktivitas baik saat bekerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Studi lain yang dilakukan terhadap pekerja aktif di Brazil menunjukkan bahwa dispepsia telah menyebabkan ketidakhadiran kerja pada minggu sebelumnya dan penurunan produktivitas kerja.

Baca juga: Perbedaan Penyakit Gerd dan Maag dari Gejala dan Penyebabnya

Di Indonesia, berdasarkan statistik Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014—2018, dispepsia dan gastritis termasuk dalam 10 penyakit terbanyak baik pada rawat jalan tingkat pertama maupun rawat inap tingkat pertama.

Sebagai penyedia telemedicine bagi banyak perusahaan di Indonesia, tren serupa juga terlihat oleh tim medis internal Good Doctor.

Head of Medical Good Doctor Technology Indonesia, dr.Adhiatma menyebut, terjadi peningkatan jumlah konsultasi dispesia dan Gerd yang cukup besar di aplikasi ini.

"Penyakit Gerd telah menjadi kasus konsultasi top kedua tertinggi, setelah kasus penyakit ISPA, selama bulan Ramadan tahun ini. Kami telah memprediksi tren ini, sehingga kami telah menyiapkan ketersediaan stok obat di mitra farmasi kami dan melakukan beberapa kegiatan edukasi kesehatan kepada orang awam mengenai dispepsia dan Gerd,” katanya dalam siaran pers.

Baca juga: Bermacam Makanan Terbaik dan Terburuk untuk Penyakit Asam Lambung

Faktor yang memicu gangguan asam lambung

Dikutip dari Kompas.com, ada faktor-faktor yang dapat memperburuk refluks asam lambung, misalnya saja merokok, makan dalam porsi besar atau larut malam, banyak mengasup makanan berlemak dan gorengan, konsumsi kopi, stres, serta kurang istirahat.

Sulitnya membagi waktu antara pekerjaan dan beristirahat selama bekerja dari rumah (work from home), disinyalir ikut meningkatkan kejadian dispepsia di kalangan pekerja.

Survei yang dilakukan oleh The Finery Report menyebutkan, 83 persen responden menganggap kerja lembur adalah hal yang normal. Tak kurang dari 69 persen juga mengaku bahwa bekerja di akhir pekan merupakan aktivitas yang rutin dijalani. 

Selain membuat jam istirahat berkurang dan stres, kebiasaan kerja berlebihan itu juga membuat pola makan tidak teratur.

Secara garis besar ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi Gerd, yaitu perubahan gaya hidup, penggunaan obat-obatan yang diresepkan dokter, dan juga pada kasus yang berat perlu dilakukan operasi.

Baca juga: Hati-hati, Sering Lembur Tingkatkan Risiko Diabetes pada Wanita

Perubahan gaya hidup yang disarankan meliputi, menurunkan berat badan, menghindari penggunaan pakaian terlalu ketat, tidak merokok, tidur dengan bantal atau kepala lebih tinggi, serta menghindari makanan pemicu asam lambung naik seperti makanan pedas, berlemak, hingga alkohol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com