KEPRIBADIAN manusia adalah salah satu aspek psikologis yang menarik untuk dipelajari dan sebagai mahluk sosial kita pasti berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai relasi sosial.
Tentunya, orang-orang dalam hubungan interpersonal kita sangatlah beragam dari sisi karakter. Ada yang memiliki kepribadian positif dan membuat kita termotivasi. Namun, tidak sedikit pula orang-orang yang kita kenal, bahkan dekat dengan kita, tetapi tanpa kita sadari ternyata mereka memiliki kepribadian yang cenderung negatif dan berdampak buruk untuk kita.
Baca juga: Yuk, Kenali 7 Tipe Kepribadian Karyawan di Kantor, Kamu yang Mana?
Tipe kepribadian negatif ini sering disebut dengan istilah dark triad personality dan sebagai salah satu teori kepribadian. Istilah ini pertama kali dikembangkan oleh psikolog bernama Delroy Paulhus dan Kevin Williams tahun 2002 dalam penelitian mereka yang berjudul The Dark Triad of Personality: Narcissism, Machiavellianism and Psychopathy.
Dikutip dari laman Scientific American, kepribadian dark triad terdiri dari narsistik (narcissism), Machiavelli (machiavellianism), dan psikopatik (psychopathy). Ketiga sifat ini diteliti melalui populasi klinis seperti pelaku krimimal.
Menurut Pechhorro (2018) konstelasi ketiga sifat kepribadian negatif ini merupakan bagian pertengahan antara kepribadian normal dan patologi klinis serta kerap diperbandingkan sebagai pembeda dari big five personality (openness, neuroticism, conscientiousness, agreeableness, extraversion) yang diasosiasikan sebagai sisi baik.
Menurut Kowalski (dalam Paulhus dan Williams, 2002) komponen kepribadian dark triad dapat dijelaskan sebagai berikut:
Machiavellianism
Anda mungkin pernah mendengar nama Niccolo Machiavelli, seorang filsuf, tokoh politik asal Italia di awal abad ke 16 yang terkenal dengan bukunya yang berjudul The Prince (1513).
Machiavelli bekerja sebagai kepala penasihat politik keluarga Medici yang berkuasa di Firenze, Italia dan nasihat politiknya yang paling populer berbunyi “the end justifies the means” yang kerap diterjemahkan menjadi “jika tujuan kita baik, cara kita mencapai tujuan tersebut (baik atau buruk) seharusnya tidak menjadi masalah”.
Bagi Machiavelli, seseorang dengan agenda atau tujuan yang jelas harus terbuka dengan segala cara dan taktik yang efektif, sekalipun harus menggunakan strategi manipulatif dalam hubungan interpersonal seperti sanjungan dan kebohongan (Jones & Paulhus, 2009).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.