KOMPAS.com - Kekerasan emosional adalah bentuk kekerasan anak yang paling umum, termasuk dilakukan oleh orangtua sendiri.
Jenis kekerasan ini terjadi berupa pola perilaku yang merusak harga diri dan rasa aman emosional kita.
Biasanya dilakukan ketika orangtua cenderung memberikan kritik terus-menerus, ancaman, penolakan, penyebutan nama yang menghina atau melecehkan.
Membatasi kasih sayang maupun dukungan yang sebenarnya dibutuhkan anak juga bisa menjadi tindakan abusif.
Baca juga: Orangtua Simak, Inilah Bahaya Terlalu Banyak Menekan Anak
"Ketika orang tua secara emosional tidak valid - dengan mempermalukan, mengkritik, menghina, atau mengejek anak mereka - anak merasa terus-menerus dihakimi dan tidak memadai," kata kata Lauren Kerwin, PhD, seorang psikolog klinis berlisensi di Los Angeles.
"Dan akhirnya mengembangkan sejumlah besar keyakinan negatif tentang diri mereka sendiri," tambah Kerwin.
Perasaan tersebut bisa dengan mudah berubah menjadi Borderline Personality Disorder (BPD), penyalahgunaan narkotika, ide bunuh diri, dan masalah kesehatan mental yang mengkhawatirkan lainnya.
Pengalaman buruk itu bisa terus bertahan hingga anak menjadi dewasa dan bermanifestasi dalam sikap tertentu, seperti cenderung mengintimidasi atau membandingkan diri dengan orang lain.
Baca juga: Mengenal Gangguan Kecemasan, Gejala, dan Faktor Risikonya
Adakalanya kita tidak menyadari jika telah menjadi korban dari kekerasan emosional yang dilakukan orangtua di masa kecil.
Pengalaman terdahulu dianggap sebagai hal yang wajar padahal memberikan dampak buruk pada kondisi mental kita.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.