Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Pola Pengasuhan yang Dapat Memengaruhi Psikologi Anak

Kompas.com - 14/05/2022, 07:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

Sumber Huffpost

KOMPAS.com – Bagi beberapa orangtua istilah attachment parenting atau helicopter parenting mungkin sudah akrab di telinga.

Namun, sudahkah mereka mengetahui pola pengasuhan neglectful, authoritarian, authoritative, dan permissive?

Kalau belum tahu, pola pengasuhan itu dulunya dikemukakan psikolog klinis, Diana Baumrind, asal University of California di Berkeley pada tahun 1960-an.

Keempatnya disusun setelah Baumrind setelah memperhatikan jenis perilaku anak prasekolah yang berbeda.

Baumrind mendapati adanya hubungan yang erat antara pola pengasuhan orangtua dengan perilaku anak.

Dari situ ia mengembangkan empat pola pengasuhan sendiri dan kini banyak orangtua tertarik untuk mengetahui dampaknya bagi psikologi anak.

Baca juga: 7 Cara Pengasuhan Anak yang Dilakukan Orangtua Sebelum Ada Internet

Bagaimana cara kerja pola pengasuhan Baumrind?

Setiap pola pengasuhan tentu punya dampak yang berbeda-beda bagi psikologi anak, termasuk neglectful, authoritarian, authoritative, dan permissive.

Nah, dari pengamatan yang dilakukan Baumrind, berikut ini dampaknya pada anak.

Disimak, ya!

1. Neglectful

Anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan ini sebenarnya tidak diperhatikan.

Wakil Presiden Pendidikan Bright Horizons, Rachel Robertson, menyebut orangtua dengan pola pengasuhan ini cenderung lepas tangan alias tidak terlibat.

“Pola ini mungkin disengaja atau tidak disengaja, tergantung orangtuanya. Komunikasi, interaksi dan keterlibatan dalam kegiatan terbatas,” katanya.

Pola pengasuhan neglectful juga ditandai dengan rendahnya kehangatan emosional karena tingkat interaksi yang rendah dengan anak.

Baca juga: 5 Ciri Masa Kecil Tidak Bahagia yang Berdampak sampai Saat Ini

Salah satu pendiri Slumberkins, Oriard, juga menuturkan orangtua dengan pola pengasuhan neglectful cenderung memilih teknik yang keras saat mendisiplinkan anak.

Jika dibiarkan anak cenderung memiliki banyak masalah saat tumbuh dewasa. Seperti, masalah kesehatan mental yang terkait dengan depresi dan kecemasan.

Tida menutup kemungkinan keterampilan sosial anak juga buruk dan rentan terhadap penyalahgunaan zat di masa depan.

2. Authoritarian

Pola pengasuhan ini menitiberatkan pada perilaku anak yang harus sesuai dengan keinginan dan perintah orangtuanya.

“Pola ini dianggap ketat dan disiplin. Terjadi kurangnya fleksibilitas dan ada ekspektasi kepatuhan yang tinggi,” terang Robertson.

Pola pengasuhan authoritarian disebut Robertson juga dibarengi dengan rendahnya kedekatan emosional dan tingginya tuntutan.

Di sini, orangtua berusaha mengendalikan perilaku dan perkembangan anak mereka sehingga terkesan sangat disiplin.

Baca juga: Kritik Orangtua Terbukti Bisa Membekas di Otak Anak, Seperti Apa?

Walau anak dapat dikontrol, sayangnya anak akan sulit menerima lingkungan sosial dan menderita gangguan mental saat tumbuh.

Ia mencatat bahwa kombinasi pola pengasuhan ini dengan rendahnya kehangatan emosional dan tingginya tuntutan dapat terasa sangat ketat dan dingin.

“Hal itu disebabkan tuntutan tinggi tanpa iklim emosional yang hangat menciptakan kontrol perilaku dan juga kontrol psikologis," ujar Oriard.

Ia menyampaikan, kontrol psikologis jauh lebih keras dan menggunakan rasa malu dan rasa bersalah untuk memanipulasi anak.

Ilustrasi orangtua dan anakAnnushka Ahuja Ilustrasi orangtua dan anak
3. Authoritative

Berbeda 180 derajat dengan authoritarian, pola pengasuhan authoritative justru lebih bersahabat bagi perkembangan anak.

Bagaimana tidak, si buah hati akan dihormati, didengarkan, dan diberi pilihan dengan kewibawaan orangtuanya.

Orangtua authoritative menetapkan harapan yang jelas dan memberikan struktur dan rutinitas tetapi tetap fleksibel,” jelas Robertson.

Jadi, tidak mengherankan bila pola pengasuhan satu ini adalah yang paling bermanfaat bagi perkembangan anak.

Baca juga: Pentingnya Orangtua Memahami dan Berempati daripada Menceramahi Anak

Di sisi lain, orangtua turut menciptakan iklim emosional yang hangat ditambah dengan tuntutan dan kontrol yang masuk akal.

Orangtua juga bisa merasakan manfaat positif karena dipandang sebagai sosok yang suportif dan perhatian oleh anaknya.

“Anak bisa menjelaskan alasannya dan mendengarkan sudut pandang anak orangtua, bahkan jika anak tidak nurut,” tambah Robertson.

Sementara Oriard menerangkan bahwa ekspektasi yang tinggi dalam pola pengasuhan itu jika digabungkan dengan hangatnya iklim emosional membuat anak lebih mampu berkembang.

Baca juga: Waspadai, Bahaya Menakut-nakuti Anak dengan Filter Instagram

4. Permissive

Ilustrasi orangtuaShutterstock Ilustrasi orangtua
Robertson menjelaskan bahwa pola pengasuhan permissive membuat orangtua menjadi hangat dan penuh kasih.

Manfaat pola pengasuhan itu adalah anak menganggap hubungannya dengan orangtua lebih sebagai teman.

“Hanya ada sedikit arahan atau aturan dan anak diberi banyak kebebasan dalam sebagian besar keputusannya,” ujar Robertson.

Karena faktor itulah dampak dari pola pengasuhan permissive membuat anak menjadi tidak disiplin dan tidak konsisten.

Baca juga: Emosi dan Perilaku Anak Ternyata Ikut Memengaruhi Gaya Pengasuhan

Pola asuh permissive melibatkan iklim emosional yang hangat tetapi tuntutan dan kontrol yang rendah.

Oriard mencatat, pola pengasuhan permissive cenderung membuat anak memiliki masalah perilaku dan dengan lingkungan sosialnya.

“Mereka mungkin juga sedikit kesulitan di sekolah atau di lingkungan di mana ada aturan yang harus diikuti,” tambah Oriard.

Seperti ketiga lainnya, pola pengasuhan tersebut tidak diperbaiki. Alasannya, anak mempelajari ketidakkonsistenan yang diajarkan orangtua.

Orangtua hanya bisa mengajarkan sedikit demi sedikit perubahan baik kepada anaknya, misal dengan mengajarkan waktu tidur yang konsisten.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Huffpost
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com