Tanamkan juga pola pikir bahwa semakin cepat menyelesaikan pekerjaan, maka semakin lama waktu untuk beristirahat setelahnya.
Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Ini Bedanya Burnout dan Malas
Self-talk atau dialog internal terbukti memengaruhi cara kita berpikir, berperilaku, dan berperasaan.
Jadi, kalau dialog internal terbiasa merendahkan atau memandang diri sendiri secara negatif tentu kebiasaan menunda pekerjaan akan berlanjut.
"Jika Anda menemukan diri Anda dalam lingkaran pikiran negatif yang konstan, Anda akan terus menunda-nunda,” ujar Smith.
“Jika Anda berbicara dan berpikir tentang diri Anda dengan rasa hormat dan pengertian yang positif, Anda akan merasa lebih mudah untuk memulai suatu tugas.”
Saran yang diberikan Smith pernah disinggung dalam studi tahun 2012 berjudul “Procrastination and Stress: Exploring the Role of ?”
Studi mendapati lebih banyak self-compassion membantu kita mengubah kebiasaan menunda pekerjaan.
Kalimat “Mulai aja dulu” bisa menjadi solusi supaya kebiasaan menunda pekerjaan tidak terjadi.
Terapis di Thriveworks, Katherine Glaser, LCSW, menyarankan kita untuk mengawali sesuatu, misal langsung menulis kalimat pertama pada email atau artikel.
Selain itu, cobalah untuk mencatat pekerjaan apa saja yang dapat dilakukan cepat dan fokus untuk mengerjakannya supaya rasa pede terbangun.
Baca juga: 3 Langkah Mudah Hilangkan Rasa Malas di Hari Senin
Ketika memiliki banyak pekerjaan, jelas kita akan dibuat lelah saat mengerjakannya.
Tapi, tantangan ini bisa diatasi dengan memecah pekerjaan menjadi beberapa bagian agar tugas lebih mudah dikerjakan dan dikelola.
Glaser punya beberapa tips supaya orang-orang bisa membagi pekerjaan. Berikut ini sarannya:
Memutuskan untuk beristrahat dapat mencegah kelelahan dan kewalahan yang mendorong kebiasaan menunda pekerjaan.
Di sisi lain, beristirahat memunginkan kita makan dan minum sebagai bahan bakar untuk tubuh dan otak ketika bekerja.