KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi bahwa urusan mencari jodoh terkadang -bagi sebagian orang- menjadi satu hal yang sulit.
Apalagi jika mengandalkan love language atau bahasa cinta sebagai "radar" dalam mencari dan menemukan pasangan yang diinginkan.
Konsep love language awalnya dikembangkan oleh Gary Chapman, seorang penulis buku The Five Love Languages yang juga konselor asal Amerika Serikat.
Dia menggambarkan bagaimana lima bahasa cinta memengaruhi cara orang memberi dan menerima cinta dalam sebuah hubungan. Tak terkecuali dalam proses mencari jodoh.
Baca juga: Memahami Love Language, Kekuatan Bahasa Cinta di Dalam Hubungan...
Lima love languages itu adalah gifts, quality time, acts of service, words of affirmation, dan physical touch.
Dari lima bahasa cinta tersebut, pakar hubungan melakukan sejumlah penelitian untuk mengungkap bahasa cinta mana yang membuat seseorang sulit menemukan kecocokan satu sama lain.
Masing-masing bahasa cinta merespons secara berbeda untuk memulai dan menjalin hubungan.
Tak heran jika beberapa love language terkadang membuat seseorang men-jomblo terlalu lama daripada yang lain.
Hal itu disebabkan oleh waktu yang terbuang demi menemukan kecocokan melalui bahasa cinta yang disampaikan calon pasangannya.
Jacob Brown, ahli psikoterapis yang berbasis di San Fransisco mengatakan, orang dengan bahasa cinta "quality time" cenderung sulit menemukan pasangan yang cocok.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.