Sampai anak usia lima tahun, perilaku tersebut memang tidak terlalu berdampak dan memberikan masalah karena minimnya kemampuan berbahasa mereka.
Kebiasaan ini akan menjadi masalah pada anak lebih tua karena mereka mulai mengingat interaksi dengan orang tuanya dan menginternalisasi detail percakapan.
Ketika kita mengatakan pada anak jika teman perempuannya adalah pacarnya, itu bisa diartikan sebagai hal yang baik sekaligus buruk.
“Pesan seperti itu menyampaikan bahwa ini adalah norma kemitraan yang diharapkan,” kata Dorfman.
“Label seperti itu juga memaksakan pesan heteronormatif yang membuat asumsi tentang identitas anak-anak.”
Baca juga: Anak Punya Teman yang Bawa Pengaruh Buruk, Apa yang Perlu Dilakukan?
"Orang tua yang meromantisasi hubungan persahabatan anak-anak dapat menyebabkan masalah bagi hubungan heteroseksual di masa depan juga," kata psikolog Roseanne Lesack.
Khususnya jika anak laki-laki menggoda, bersikap kasar atau sengaja menargetkan anak perempuan tertentu dan orangtua malah menganggap sebagai tindakan 'naksir'.
Perilaku ini akan menormalkan perilaku kasar, dan mengirimkan pesan bahwa anak laki-laki menyakiti anak perempuan yang mereka sukai.
“Untuk anak laki-laki, itu memperkuat gagasan bahwa jika saya menyukai seorang gadis, saya harus jahat padanya," katanya.
"Dan itu memberi tahu anak perempuan bahwa tidak apa-apa bagi anak laki-laki untuk menjadi jahat karena mereka menyukai Anda, ”kata Lesack, dikutip dari Fatherly.
Baca juga: 6 Cara Membantu Anak supaya Mendapat Teman di Sekolah
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.