Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Fakta Menarik tentang Singapura, Bukan Hanya Surga Belanja

Kompas.com - 19/05/2022, 12:36 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Singapura adalah destinasi wisata favorit banyak orang Indonesia karena merupakan surga belanja.

Negara yang identik dengan ikon singa ini memang memiliki kawasan perbelanjaan yang lengkap.

Mulai dari yang murah meriah sampai brand mewah kelas dunia, semua tersedia di negara maju ini.

Baca juga: 10 Perilaku yang Dilarang Dilakukan di Singapura, Bakal Kena Sanksi

Namun, sebenarnya ada banyak hal menarik soal Singapura yang seringkali tidak diketahui publik.

Bukan hanya soal berbagai aturannya yang unik, namun juga cara hidup masyarakatnya dan alamnya.

Apa saja?

Merupakan negara kepulauan

Banyak yang mengira Singapura hanya negara kecil yang memiliki sedikit wilayah daratan.

Faktanya, ini adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari setidaknya 63 pulau.

Pulau lepas pantainya kebanyakan memang tidak berpenghuni selain digunakan untuk keperluan militer dan industri.

Namun ada beberapa pulau yang terkenal karena wisatanya seperti Pulau Sentosa yang jadi lokasi kasion dan Universal Studio.

Baca juga: Dua Abad Berkarya, Louis Vuitton Bikin Pameran Koper di Singapura

Wilayahnya bertambah besar

Wilayah Singapura setiap tahun makin bertambah besar karena banyaknya reklamasi tanah.

Perbatasan negaranya semakin luas hingga 25 persen menjadi 719 km persegi.

Sejumlah atraksi terkenal seperti area Marina Bay dan East Coast Park dibangun seluruhnya di atas tanah reklamasi.

Ibu kota petir

Ilustrasi petirpixabay Ilustrasi petir
Singapura dijuluki sebagai ibu kota petir karena tingginya kejadian alam tersebut terjadi di negara itu.

Terletak hampir di sepanjang khatulistiwa, iklim panas dan lembabnya sangat cocok untuk memicu badai petir.

Rata-rata terjadi 168 hari badai petir dalam setahun, yang banyak terjadi di sore hari, dan cenderung menjadi hujan lebat yang berumur pendek.

Bahasa nasionalnya bukan Bahasa Inggris

Tak banyak yang menyadari jika bahasa nasional Singapura bukanlah Bahasa Inggris melainkan Bahasa Melayu.

Hal ini mengacu pada budaya tradisionalnya sebelum kedatangan Bangsa Inggris pada 1819 silam.

Baca juga: Laksa Biasa dan Laksa Singapura, Apa Bedanya?

Sayangnya, kini tidak banyak lagi penutur bahasa ini kecuali etnis Melayu yang berkisar 13 persen dari total populasi.

Tidak hanya ada di Asia Tenggara

Singapura bukan hanya nama negara di Asia Tenggara namun juga menjadi nama beberapa wilayah lainnya di dunia.

Sebuah kota, yang kini tak lagi berpenghuni, di di tepi Danau Michigan dekat kota Saugatuck, Amerika Serikat memiliki nama yang sama.

Area pedesaan yang padat penduduk di Limpopo, Afrika Selatan juga memiliki nama Singapura meskipun wilayahnya tidak seglamor negara tetangga kita.

Kebanyakan penduduk Singapura tinggal di perumahan publik

Ilustrasi Singapura.Pixabay/cegoh Ilustrasi Singapura.
Lebih dari 80 persen populasi penduduk di negara ini tinggal di hunian vertikal, termasuk perumahan publik yang disubsidi pemerintah.

Perilaku ini bukan karena tidak mampu membeli rumah tapak namun karena permasalahan kelangkaan tanah dan masalah kebersihan di negara ini.

Pemerintah memindahkan masyarakat ke berbagai apartemen bertingkat yang dilengkapi pipa ledeng dan listrik selama tahun 1960an hingga 1980an.

Uniknya lagi, ada kebijakan integrasi etnis yang diterapkan tahun 1989 lalu untuk memastikan setiap lingkungan memiliki campuran etnis yang sehat untuk mendorong kohesi ras.

Ada aturan ketinggian gedung

Singapura dipenuhi banyak apartemen dan bangunan tinggi termasuk gedung pencakar langit.

Namun ada aturan ketinggian maksimal yakni 280 meter, terutama jika berlokasi dekat dengan area dengan lalu lintas udara yang sibuk.

Baca juga: Kalahkan Singapura dan Tokyo, Kopenhagen Kota Paling Aman di Dunia

Air kerannya didaur ulang

Dewan Utilitas Publik Singapura melakukan daur ulang secara ekstrem dengan mengelola air limbah di negara ini.

Air yang disebut NEWater ini diproduksi dengan mengolah air limbah melalui beberapa proses termasuk mikrofiltrasi, reverse osmosis dan desinfeksi ultraviolet.

Kemudian dicampur dengan air baku dari reservoir baru kemudian dialirkan ke rumah-rumah penduduk yang diminum saat ini.

Air ini sangat aman dan telah diuji sekaligus terbukti lebih bersih dari sumber air lainnya.

Baca juga: Tak Perlu ke Singapura Seperti Rafathar, Ini 5 Aktivitas Seru saat Blackout

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com