Oleh: Fauzi Ramadhan dan Ikko Anata
KOMPAS.com - “This might surprise you, but one of the best ways to manage your emotions is simply to experience that emotion and let it run its course.” ? Kim L. Gratz
Mengontrol emosi merupakan kemampuan yang sudah seharusnya kita miliki, meskipun secara praktis sangat sulit untuk dilakukan.
Mengapa harus demikian?
Secara singkat, emosi merupakan luapan perasaan, keadaan, serta reaksi psikologis dan fisiologis, seperti kegembiraan, kesedihan, atau lain sebagainya.
Emosi ini terus-menerus kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, ia sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, dimulai dari tindakan mengambil keputusan, berinteraksi dengan sesama, hingga bagaimana kita menyikapi keadaan mental beserta kesehatannya.
Apabila tidak dapat mengontrol emosi dengan baik dan tepat, segala dampak buruk kelak menjadi bumerang bagi kehidupan kita. Misalnya, dijauhi oleh teman, dikucilkan keluarga, hingga kegagalan menjaga kesehatan mental yang berujung pada gangguan mental.
Supaya hal itu tidak terjadi, Lani dari Teman Manusia Asa @manusiaasa.id akan bercerita tentang bagaimana kita bisa berkenalan, mempelajari, dan mengontrol emosi dengan tepat dalam siniar (podcast) Anyaman Jiwa episode “Penerimaan & Regulasi Emosi” di Spotify.
Definisi emosi tidak hanya sebatas dari apa yang sudah disebutkan di atas. Menurut Carolyn MacCann dalam Psychology Today, emosi merupakan pengalaman universal yang setiap orang di dunia pasti pernah alami. Perasaan emosi itu meliputi rasa bahagia, marah, takut, atau malu pada suatu saat dalam hidup mereka.
Baca juga: Metode untuk Memaafkan Orang Lain
Lebih lanjut, menurut James Gross, seorang Profesor Psikologi asal Universitas Stanford, terdapat empat komponen dalam merasakan emosi, yaitu
Kita akan merasakan aliran emosi ketika menghadapi suatu situasi yang menarik perhatian dan relevan. Jika suatu situasi tidak memiliki arti penting, maka aliran emosi yang muncul cenderung tidak mengalir kuat.
Kemudian, setelah emosi tersebut berhasil mengalir di dalam diri, kita akan berusaha menafsirkan makna dari situasi yang dialami. Hal ini diartikan sebagai suatu proses penilaian.
Setelah berusaha memaknainya, hal yang terjadi selanjutnya adalah proses merespons. Respons ini sangat bergantung pada cara kita menilai situasi. Misalnya, jika menilai situasi merupakan sesuatu yang tidak adil, respons kita mungkin akan cenderung marah, dan lain sebagainya.
Namun, sangat disayangkan bahwa acap kali kita membiarkan emosi mengalir begitu saja tanpa adanya kontrol sehingga hal itu menjadi toksik baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Misalnya, kita menjadi sangat marah atas sesuatu, sampai-sampai menjadi sangat murka dan malah mengkambinghitamkan orang lain.
Dengan demikian, perlu adanya suatu kemampuan untuk mengendalikan emosi, seperti untuk meminimalisasi kemarahan, mengatur tanda-tanda kesedihan, serta memfokuskan diri dalam ketenangan hingga kebahagiaan.