Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asupan Kalori Vs Waktu Makan, Mana Lebih Penting dalam Diet?

Kompas.com - 20/05/2022, 04:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Healthline

Ahli gizi Kristin Kirkpatrick menyebutkan, sebagian besar kliennya sukses setelah mencoba makan dengan dibatasi waktu.

Menurut dia, diet dengan batasan waktu membuat kliennya berhasil menurunkan kalori secara alami.

Rata-rata klien Kirkpatrick memiliki jadwal makan antara pukul 10.00-19.00.

Selain menawarkan penurunan berat badan, ada anggapan diet intermiten merupakan solusi cepat untuk memperbaiki kondisi kesehatan.

Sayangnya, menurut Ben-Asher, tidak banyak penelitian yang mendukung dan menunjukkan manfaat kesehatan dari diet intermiten di luar penurunan berat badan.

Baca juga: Catat! Ini 3 Jenis Diet yang Tidak Cocok dengan Tubuh Wanita

"Beberapa studi pada hewan membuktikan peningkatan ritme sirkadian dengan membantu memperbaiki efek metabolisme seperti modulasi kontrol gula darah dan manajemen lipid," kata dia.

Kendati demikian, temuan terkait diet intermiten pada tikus tidak bisa disamakan dengan manusia.

Pasalnya, tikus memiliki ritme sirkadian nokturnal dan metabolisme yang lebih tinggi.

Memang, studi yang membahas diet intermiten pada tikus menunjukkan keseimbangan hormonal, peningkatan mikrobioma usus, dan homeostasis tubuh secara keseluruhan.

Tetapi, studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah hal itu juga dapat berlaku pada manusia, kata Ben-Asher.

Memilih diet yang cocok

Kirkpatrick mengatakan, diet terbaik adalah diet yang bisa diterapkan dalam jangka panjang.

Ia mencatat, tingkat keberhasilan diet terjadi setelah individu menerapkan diet selama dua tahun atau lebih.

Sedangkan, studi tersebut hanya memantau peserta selama satu tahun.

Ben-Asher menyarankan kita untuk mengenali isyarat rasa lapar daripada mengatur jadwal makan.

Baca juga: Diet Vegetarian Sehat dan Tidak Berbahaya bagi Anjing, kata Peneliti

Cobalah berfokus pada kualitas makanan yang dikonsumsi dengan mengikuti isyarat rasa lapar dan kenyang, bukan terpaku pada kapan kita boleh makan, catat Ben-Asher.

Halaman:
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com