Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/05/2022, 07:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Protein merupakan nutrisi penting yang berperan dalam proses pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan tubuh.

Dengan demikian, tubuh memerlukan asupan protein dalam jumlah memadai. Jika asupan protein kurang, seseorang bisa mengalami malnutrisi akibat kekurangan protein.

Namun, temuan studi terbaru yang dikerjakan peneliti di Pennington Biomedical Research Center baru-baru ini menemukan, pengurangan protein dalam makanan memberikan hasil positif dan memperpanjang umur.

Baca juga: Studi: Asupan Protein Hewani Bisa Memperpendek Umur

Efek pengurangan protein terhadap hasil kesehatan yang positif dan umur panjang ini dipengaruhi oleh hormon metabolik yang diturunkan dari organ hati, yaitu Fibroblast Growth Factor 21 (FGF21).

Banyak studi terdahulu yang menunjukkan, diet rendah protein dapat memperbaiki kondisi kesehatan (selama asupan protein tidak terlalu rendah).

Sebaliknya, diet tinggi protein dikaitkan dengan peningkatan kematian pada kelompok usia tertentu.

Beberapa tahun lalu, ahli di Neurosignaling Laboratory di Pennington Biomedical Research Center menemukan, hormon metabolik FGF21 adalah sinyal kunci yang menghubungkan tubuh ke otak selama pembatasan protein.

Tanpa sinyal ini, tikus muda gagal mengubah perilaku makan atau metabolisme ketika diberi diet rendah protein.

"Data kami menunjukkan FGF21 memengaruhi otak, dan tanpa sinyal ini tikus tidak menyadari jika hewan itu sedang makan makanan rendah protein."

Demikian penuturan Christopher Morrison, PhD, profesor dan direktur di Neurosignaling Laboratory.

Baca juga: Kebiasaan Orang Okinawa yang Bikin Panjang Umur, Bisa Ditiru

Studi yang dipimpin oleh peneliti pascadoktoral Cristal M. Hill, PhD ini membuktikan, diet rendah protein menghasilkan efek metabolisme yang menguntungkan pada tikus senior.

Seperti meningkatkan kesehatan metabolisme, mengurangi kelemahan, dan memperpanjang umur.

Efek ini juga terlihat ketika asupan protein pada tikus di usia paruh baya dikurangi, sehingga mencegah tikus itu mengalami obesitas.

Namun, efek positif tersebut tidak tampak pada tikus yang kekurangan hormon metabolik FGF21.

Artinya, peran hormon FGF21 di otak sangat penting untuk memperbaiki kesehatan dan memperpanjang umur.

"Sebelumnya kami menunjukkan FGF21 bekerja di otak untuk meningkatkan kesehatan metabolisme pada tikus muda yang diberi diet rendah protein," jelas Hill.

"Data baru ini mengungkapkan, FGF21 meningkatkan kesehatan metabolisme sekaligus memperpanjang umur."

"FGF21 adalah hormon pertama yang diketahui yang menggabungkan perilaku makan dan kesehatan metabolisme untuk memperpanjang umur selama pembatasan protein," imbuh dia.

Baca juga: Tips Memasak Ala Penduduk Zona Biru agar Panjang Umur

Kendati demikian, diakui Hill, belum diketahui apakah hasil ini akan berlaku bagi manusia, mengingat studi tersebut melibatkan hewan.

Diharapkan, temuan ini akan mengungkap jalur molekuler dan saraf baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesehatan pada manusia.

"Studi inovatif ini memiliki dampak penting untuk memperpanjang kesehatan dan umur manusia," sebut Direktur Eksekutif Pennington Biomedical, John Kirwan, PhD.

"Jika para ilmuwan bisa lebih memahami bagaimana diet dan hormon nutrisi FGF21 bertindak untuk memperpanjang umur, penemuan ini dapat mengimbangi banyak masalah kesehatan yang terjadi di usia paruh baya."

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com