Studi di jurnal Nature Aging berusaha mengungkap lebih dalam hubungan antara tidur, kognisi, dan kesejahteraan.
Para peneliti menemukan, kurang tidur dan tidur berlebihan memicu gangguan performa kognitif pada populasi paruh baya hingga lansia dari hampir 500.000 orang dewasa.
Namun, peneliti tidak memelajari anak-anak dan remaja karena otak mereka masih dalam perkembangan.
Durasi tidur yang optimal bagi mereka kemungkinan besar berbeda dibandingkan orang dewasa.
Baca juga: Durasi Tidur Orang Indonesia Terendah, Kalah dari Malaysia
Temuan kunci studi tersebut, durasi tidur yang optimal adalah tujuh jam per malam. Jika lebih atau kurang dari durasi itu, manfaat tidur untuk kognisi dan kesehatan mental menjadi lebih sedikit.
Juga, peneliti melihat orang yang tidur dengan durasi tujuh jam rata-rata memiliki performa lebih baik dalam tes kognitif, termasuk kecepatan pemrosesan, perhatian visual, dan memori.
Hasil ini dibandingkan dengan mereka yang tidur kurang atau lebih dari tujuh jam.
Individu membutuhkan waktu tidur tujuh jam secara konsisten, tanpa fluktuasi durasi yang berlebihan.
Peneliti menemukan, hubungan antara durasi tidur, kognisi, dan kesehatan mental dipengaruhi oleh genetika dan struktur otak seseorang.
Ketika seseorang kurang tidur, daerah otak yang paling terpengaruh adalah hipokampus dan korteks frontal.
Hipokampus berperan dalam pembelajaran dan memori, sedangkan korteks frontal terlibat dalam mengendalikan emosi.
Pola tidur dapat memengaruhi kondisi otak, tetapi juga dapat bekerja sebaliknya.
Baca juga: Kenapa Kita Mendengkur Saat Tidur?
Penyusutan di daerah otak yang terlibat dalam pengaturan tidur dan bangun karena penuaan bisa menyebabkan masalah tidur.
Misalnya saja, pada orang lanjut usia, produksi dan sekresi hormon melatonin yang membantu mengendalikan siklus tidur mengalami penurunan, sehingga memengaruhi pola tidur mereka.