Demikian dikatakan Viktoria Kozlovskaya, MD, PhD, dokter kulit dan asisten profesor di Department of Dermatology di Pittsburgh University.
Benjolan itu umumnya keras, tidak nyeri, dan berwarna kemerahan.
Baca juga: 6 Cara Membersihkan Paru-paru Setelah Berhenti Merokok
Pada kasus yang langka, benjolan tersebut bisa menjadi salah satu pertanda kanker paru-paru.
Studi yang dimuat dalam Indian Journal of Dermatology menemukan, metastasis kulit biasanya terjadi pada tahap akhir penyakit.
Namun, hal itu jarang terlihat bersamaan dengan diagnosis dan kemungkinan muncul sebagai tanda pertama penyakit.
Dermatomiositis adalah penyakit langka yang menyebabkan ruam kulit, pembengkakan, dan peradangan otot.
"Pada orang dewasa, penyakit itu mungkin terkait dengan kanker, termasuk kanker paru-paru," ujar Kozlovskaya.
Penyakit paru-paru juga dianggap sebagai komplikasi dari dermatomiositis. Meski ada penyebab lain, dermatomiositis pada akhirnya dapat memengaruhi organ paru-paru.
Gejala kulit dari kondisi ini termasuk ruam yang menyakitkan atau gatal berwarna merah atau ungu di area yang sering terpapar sinar matahari.
Adapun perubahan warna merah atau ungu dan pembengkakan di kelopak mata atas, bintik merah atau ungu di persendian, endapan kalsium di bawah kulit, kulit bersisik atau kasar, serta bengkak dan kemerahan di kuku.
Jika tubuh mudah memar, kemungkinan ada banyak penyebabnya, termasuk masalah pembekuan darah atau penyakit darah.
Seperti dilaporkan American Cancer Society (ACS), tubuh yang mudah memar juga bisa menandakan gejala sindrom Cushing, kondisi di mana sel kanker memproduksi hormon ACTH yang memicu kelenjar adrenal membuat kortisol.
Baca juga: Kanker Paru-paru, Penyakit yang Sempat Diderita Arifin Panigoro
Pada beberapa penderita kanker paru-paru, hormon itu akan memasuki aliran darah dan menyebabkan masalah dengan jaringan dan organ di bagian lain, kendati kanker belum menyebar ke area tersebut.
"Masalah ini disebut sindrom paraneoplastik. Terkadang sindrom ini mungkin merupakan gejala pertama kanker paru-paru," demikian bunyi keterangan ACS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.