Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Monkeypox Sudah Menyebar di 15 Negara, Seberapa Bahayanya?

Kompas.com - 24/05/2022, 11:47 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 80 kasus cacar monyet telah terkonfirmasi di 15 negara.

Sejumlah kasusnya tercatat di Italia, Swedia, Spanyol, Portugal, Amerika Serikat, Inggris dan sejumlah negara lain di kawasan Eropa.

Dalam sebuah pernyataan pada pekan lalu, WHO menyebutkan bahwa penyebaran virus monkeypox penyebab cacar monyet menjadi wabah yang tak biasa.

Virus ini dilaporkan menyebar di negara non endemik serta diprediksi akan ada lebih banyak kasus dalam beberapa waktu ke depan.

Di kesempatan lain, Direktur WHO untuk Eropa, Hans Kluge memperingatkan bahwa sejumlah negara telah memasuki musim panas dan akan banyak potensi kerumunan melalui festival dan sejumlah pesta.

"Saya khawatir penularan (cacar monyet) bisa semakin cepat," kata dia.

Kekhawatiran itu muncul karena dari kasus cacar monyet yang telah dikonfirmasi, hanya ada satu kasus yang pernah tercatat pernah bepergian ke kawasan endemik cacar monyet.

Hal itu berarti, potensi penularan cacar monyet kemungkinan semakin bervariasi.

Baca juga: Fakta tentang Cacar Monyet: Cara Penularan, Masa Inkubasi, dan Gejala

Negara yang termasuk endemik cacar monyet

Mengutip laman WHO, cacar monyet adalah penyakit zoonosis atau dapat menular melalui hewan ke manusia yang disebabkan oleh virus monkeypox.

Gejala yang muncul biasanya sangat mirip dengan cacar biasa, namun secara klinis risiko penularannya bisa dikatakan cukup rendah.

Kontak erat dengan orang yang terinfeksi menjadi faktor utama penyebaran virus cacar monyet.

Infeksinya kemudian dapat berkembang setelah terpapar kulit yang ruam atau melepuh, selaput lendir, droplet saat bersin dan batuk, cairan tubuh yang terinfeksi serta kontak dari pakaian yang terkontaminasi.

Cacar monyet umumnya terjadi di Afrika Tengah dan Barat, sementara kasus-kasus penyakit cacar monyet yang ditemukan di luar Afrika sering dikaitkan dengan perjalanan ke kawasan Afrika.

Meski secara klinis risiko penularan ke manusia dikatakan rendah, namun cacar monyet tetap perlu diwaspadai mengingat penularannya yang kini tidak dapat diprediksi.

Baca juga: Waspada Virus Monkeypox, Kenali Gejalanya

Seberapa bahayanya cacar monyet?

Menanggapi penularan virus monkeypox yang sudah tersebar di 15 negara tersebut, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban membagikan sejumlah fakta terkait bahaya cacar monyet di akun Instagramnya, @profesorzubairi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Prof. Zubairi Djoerban (@profesorzubairi)

Menurutnya, penularan virus monkeypox ini dapat menular melalui kontak erat dan menyebar melalui cairan atau lendir dari saluran pernapasan atau lebih dikenal dengan droplet.

"Menyebar melalui lesi, respiratory droplets dan benda yang terkontaminasi," jelasnya.

Meski cara penularannya mirip seperti Covid-19, namun virusnya tidak mudah menyebar semudah penularan virus SARS CoV-2.

Hal tersebut diperkuat oleh fakta dari WHO, yang menyebut bahwa virus satu ini tingkat penularannya masih terbatas dan membutuhkan waktu dari kontak yang lama untuk menginfeksi.

Zubairi juga menambahkan bahwa tingkat kematian dari cacar monyet sekitar satu persen. Kemudian pasien dapat sembuh dalam waktu 2-4 minggu.

Sementara tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa cacar monyet ini dijuluki sebagai penyakit gay. Padahal faktanya tidak demikian.

Cacar monyet bisa menyerang siapa saja dan tidak memandang orientasi seksual tertentu.

"Bukan penyakit gay," paparnya.

Lebih lanjut, meski di Indonesia belum terdeteksi kasus cacar monyet. Namun, Kemenkes RI terus berupaya untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengikuti perkembangan kasus cacar monyet di berbagai negara.

Baca juga: Cacar Monyet Mewabah di Banyak Negara, Kenali Gejala dan Penularannya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com