Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktor Risiko dan Gejala Bunuh Diri pada Remaja, Orangtua Perlu Tahu

Kompas.com - 25/05/2022, 10:29 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Media sosial dihebohkan dengan percobaan bunuh diri remaja berusia 15 tahun di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), Jakarta Utara.

Aksi ini berhasil digagalkan petugas yang tengah melintas di lokasi ketika bocah tersebut hendak melompat dari atas jembatan.

Cuplikan kejadian tersebut menjadi viral di media sosial karena menuai keprihatinan dari banyak pihak.

Selain itu, keyword "bunuh diri" juga ikut masuk dalam daftar pencariaan Google tertinggi hari ini, Rabu (25/05/2022) karena insiden tersebut.

Baca juga: Begini Cara Merespons Upaya Bunuh Diri yang Diunggah ke Media Sosial

Risiko bunuh diri pada remaja yang perlu dikenali orangtua

Pembahasan soal risiko bunuh diri, khususnya pada remaja memang belum banyak dilakukan.

Stigma negatif soal pelaku bunuh diri serta minimnya pemahaman soal tindakan ini menjadi penyebabnya.

Selain itu, anak di bawah umur yang belum memiliki banyak tanggung jawab dianggap jauh dari stres, depresi atau masalah lain yang bisa memicu bunuh diri.

Baca juga: Memahami Risiko Bunuh Diri di Kalangan Pria, Masih Jarang Disorot

Faktanya, seorang remaja juga bisa terkungkung pikiran untuk mengakhiri hidupnya sendiri, dengan cara bunuh diri atau fokus melakukan hal-hal yang menyebabkan kematiannya.

Dikutip dari John Hopkins Medicine, bunuh diri adalah penyebab utama kematian ketiga pada orang muda berusia 15 hingga 24 tahun di Amerika Serikat.

Lembaga kesehatan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahkan menguraikan risiko ini dengan tiga poin antara lain:

  • Anak laki-laki empat kali lebih berisiko meninggal karena bunuh diri daripada anak perempuan.
  • Anak perempuan lebih mungkin untuk mencoba bunuh diri daripada anak laki-laki.
  • Senjata digunakan pada lebih dari setengah kasus bunuh diri remaja.

Pikiran bunuh diri pada anak di bawah umur bisa disebabkan oleh berbagai faktor namun utamanya karena masa remaja cenderung jadi momen yang penuh tekanan.

Anak menghadapi berbagai perubahan besar termasuk soal fisiknya, pikiran maupun emosional.

Perasaan stres, kebingungan, ketakutan, dan keraguan yang kuat dapat memengaruhi pemecahan masalah dan pengambilan keputusan remaja.

Ilustrasi remaja depresi. Viral remaja, siswi SMA, mencoba bunuh diri karena video asusila disebar mantan pacar, revenge porn.SHUTTERSTOCK/ElenaBoronina Ilustrasi remaja depresi. Viral remaja, siswi SMA, mencoba bunuh diri karena video asusila disebar mantan pacar, revenge porn.
Beberapa anak juga merasakan tekanan untuk sukses dan menjadi lebih baik dibandingkan sekitarnya.

Risiko bunuh diri semakin tinggi apabila anak menghadapi berbagai peristiwa lain, seperti:

  • Perubahan dalam keluarga mereka, seperti perceraian atau pindah ke kota baru
  • Perubahan dalam persahabatan
  • Masalah di sekolah
  • Kehilangan lainnya

Bagi mereka, berbagai masalah ini tampak terlalu sulit atau memalukan untuk diatasi sehingga bunuh diri dianggap seperti solusi.

Baca juga: Waspadai Tanda-tanda Keinginan Bunuh Diri pada Remaja

Faktor risiko dan gejala bunuh diri pada remaja

Bunuh diri yang dilakukan oleh anak remaja merupakan mimpi buruk bagi semua orangtua.

Namun kita bisa melakukan pencegahan dengan mengenali faktor risiko maupun gejalanya.

Dikutip dari Mayo Clinic, ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko bunuh diri pada seorang remaja, antara lain:

  • Memiliki gangguan psikiatri, seperti depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, atau gangguan pemberontak oposisi
  • Riwayat keluarga dengan gangguan mood, bunuh diri atau perilaku bunuh diri
  • Riwayat pelecehan fisik atau seksual atau paparan kekerasan atau intimidasi
  • Gangguan penggunaan zat
  • Akses ke sarana, seperti senjata api atau obat-obatan
  • Paparan bunuh diri anggota keluarga atau teman
  • Kehilangan atau konflik dengan teman dekat atau anggota keluarga
  • Masalah fisik atau medis, seperti perubahan yang berkaitan dengan pubertas atau penyakit kronis
  • Menjadi lesbian, gay, biseksual atau remaja minoritas seksual lainnya
  • Merupakan anak adopsi

Baca juga: 3 Hal yang Bisa Dilakukan untuk Menolong Orang yang Ingin Bunuh Diri

Selain itu, orangtua juga harus lebih waspada apabila anak remajanya menunjukkan berbagai gejala bunuh diri.

Berikut adalah contoh perilakunya:

  • Berbicara atau menulis tentang bunuh diri — misalnya, membuat pernyataan seperti "Saya akan bunuh diri," atau "Saya tidak akan menjadi masalah bagi Anda lebih lama lagi"
  • Menarik diri dari kontak sosial
  • Mengalami perubahan suasana hati
  • Meningkatkan penggunaan alkohol atau obat-obatan
  • Merasa terjebak, putus asa, atau tidak berdaya tentang suatu situasi
  • Mengubah rutinitas normal, termasuk pola makan atau tidur
  • Melakukan hal-hal yang berisiko atau merusak diri sendiri
  • Memberikan barang-barang ketika tidak ada penjelasan logis lain mengapa ini dilakukan
  • Mengembangkan perubahan kepribadian atau menjadi sangat cemas atau gelisah ketika mengalami beberapa tanda peringatan yang tercantum di atas

Baca juga: Berita Bunuh Diri Bisa Memancing Niat Bunuh Diri Orang Depresi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com