Hal yang tidak jauh berbeda ternyata juga dilakukan oleh si pembohong. Akan tetapi, penghalang yang dimaksud bukan tembok atau pintu, ya!
Melainkan menempatkan benda-benda tertentu untuk menandai batas antara si pembohong dengan orang yang dibohongi.
“Itu bisa menggunakan tangan sebagai penghalang atau barang seperti cangkir kopi,” katanya.
"Mereka mungkin juga membalikkan tubuh mereka pada sudut yang jauh dari orang yang sudah dibohongi,” sambung Stanton.
Kebiasaan bersilat lidah sering ditunjukkan para politikus ketika ia dihadapkan pada pertanyaan yang menjebak.
Cara yang sama ternyata juga dilakukan oleh orang yang pembohong, menurut penjelasan Stanton.
“Menanggapi dengan jawaban untuk pertanyaan yang berbeda merupakan red flag dan menunjukkan bahwa pembohong sedang stres, cemas, atau gugup,” terangnya.
“Semua tanda yang dapat menyiratkan bahwa orang berbohong atau mencoba menghindari kebenaran.”
Baca juga: Pesan Bohong pada Pasangan Mudah Terdeteksi Lho
Kebohongan tidak menyangkut permainan kalimat saja, tapi berkaitan juga dengan cara si pembohong bertutur kata.
Stanton menjelaskan nada yang diucapkan pembohong sering berubah apabila berkata tidak jujur.
"Anda akan tahu nada suaranya cenderung menjadi lebih tinggi, melengking atau nyaring ketika pembohong berada di bawah tekanan," ungkapnya.
Stanton menyebut tanda yang satu ini menyiratkan bahwa si pembohong merasakan stres.
Bahasa menjadi indikator penting untuk mencerminkan apa yang kita tanyakan kepada orang yang berbohong.
Orang yang tidak bersalah akan menjawab dengan bahasa mereka sendiri. Sedangkan, si pembohong cenderung mengulangi kata yang kita tanyakan.
Hal itu dapat terjadi karena pembohong tidak punya banyak waktu untuk menyusun jawabannya.