Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/05/2022, 19:11 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada banyak hal yang membuat kita begadang hingga larut malam. Asyik menonton televisi, bermain ponsel, atau memikirkan sesuatu secara berlebihan.

Jika kita sering melakukan tindakan yang terakhir, bisa jadi kita mengalami overthinking.

Barangkali kita merasa dapat memecahkan masalah apabila terus memikirkan setiap hal yang mengganggu. Sayangnya, kebiasaan berpikir berlebihan tidak akan menyelesaikan masalah apa pun.

Overthinking akan menciptakan stres dengan memfokuskan pikiran pada hal-hal negatif, membayangkan masa lalu, serta mengkhawatirkan masa depan.

Psikoterapis Natacha Duke, MA, RP, membeberkan apa yang dialami seseorang ketika overthinking, serta cara menghentikan perilaku ini.

Baca juga: Studi: Mendengarkan Musik Ampuh Turunkan Efek Gangguan Kecemasan

Apakah overthinking termasuk penyakit mental?

Overthinking bukan merupakan kondisi kesehatan mental, tetapi bisa menjadi gejala depresi atau kecemasan.

Overthinking umumnya dikaitkan dengan gangguan kecemasan umum atau generalized anxiety disorder (GAD), kata Duke.

GAD ditandai dengan kecenderungan untuk khawatir berlebihan tentang beberapa hal.

"Seseorang dapat mengembangkan GAD karena gen mereka, bisa juga faktor kepribadian seperti ketidakmampuan menoleransi ketidakpastian dalam hidup, atau berdasarkan pengalaman hidup," ujarnya.

"Umumnya, ini merupakan kombinasi dari ketiga hal tersebut."

Seseorang dengan gangguan kecemasan umum bisa mengalami:

  • Khawatir berlebihan tentang beberapa hal selama setidaknya enam bulan
  • Kesulitan mengendalikan kecemasan, yang dapat mengganggu kemampuan

Gejala fisik GAD dapat mencakup kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi dan masalah tidur.

Tanda-tanda overthinking

Jika kita cenderung terlalu banyak berpikir, bisa jadi kita mengalami:

  • Kekhawatiran dari satu masalah ke masalah berikutnya
  • Memikirkan skenario terburuk
  • Berjuang membuat keputusan, termasuk menerka-nerka
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Merasa selalu waswas
  • Mencari kepastian dari orang lain secara berulang

"Apa yang terjadi adalah efek berantai," jelas Duke.

"Kita mulai mengkhawatirkan satu hal, kemudian memikirkan sesuatu yang sama sekali berbeda."

"Kita bisa mengkhawatirkan pekerjaan, lalu mulai mengkhawatirkan uang. Dan itu mengarah pada kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan," tambah dia.

Baca juga: 3 Cara Sederhana untuk Atasi Gangguan Kecemasan

Gejala insomnia termasuk sulit tertidur meski tubuh lelah dan sulit kembali tidur ketika terbangun di malam hari.amenic181 Gejala insomnia termasuk sulit tertidur meski tubuh lelah dan sulit kembali tidur ketika terbangun di malam hari.
Overthinking
tidak sama dengan problem solving

Mungkin, kita meyakini semua kekhawatiran dan overthinking kita merupakan bentuk pemecahan masalah (problem solving). Namun, kedua hal itu jelas berbeda.

"Ketika masalah muncul, solusi yang memungkinkan adalah strategi koping yang positif," terang Duke.

"Namun saat mengalami overthinking, apa yang terjadi adalah kita merenungkan, memikirkan masalah berulang kali tanpa resolusi nyata."

"Kita terjebak dalam lingkaran pemikiran dan kembali ke awal. Dalam beberapa kasus, kita bahkan bisa lebih sering khawatir dan cemas," terangnya lagi.

Cobalah berfokus memecahkan masalah dengan sesuatu yang berada dalam kendali kita, dan melepaskan hal yang lain.

Jika kita menghabiskan waktu lama untuk merenungkan masalah, itu tidak akan membuat kita merasa lega atau puas.

Kenali kapan kita terlalu banyak berpikir, lalu alihkan perhatian sampai kita siap mengatasi masalah dengan cara yang bermanfaat.

Baca juga: Nyeri Dada karena Kecemasan, Apa Saja Tandanya?

Tips mengatasi overthinking

Setelah menyadari diri kita overthinking, Duke menyarankan untuk mengurangi kekhawatiran dengan cara yang lebih sehat.

Ketika kita kesulitan untuk berhenti memikirkan sesuatu sebelum tidur, atau overthinking sampai mengganggu kehidupan sehari-hari, berkonsultasilah dengan dokter atau terapis.

"Pengobatan yang paling efektif adalah terapi perilaku kognitif," kata Duke.

Terapis bisa membantu kita melawan pikiran negatif dan mengembangkan keterampilan untuk meringankan kekhawatiran kita.

Ditambahkan Duke, strategi koping seperti meditasi, membaca, atau menuliskan apa yang kita pikirkan ke dalam jurnal juga bisa mengurangi kecemasan.

Pastikan kita mendapatkan dukungan sosial dari orang terdekat, dan tidak memendam masalah sendirian.

Terakhir, jangan lupa menerapkan gaya hidup sehat melalui makan makanan yang seimbang dan berolahraga.

"Perhatikan berapa banyak kafein atau alkohol yang kita konsumsi, karena minuman ini dapat meningkatkan kecemasan," tegas Duke.

"Juga, jangan sering-sering kehilangan gairah atau melihat media sosial dan berita, karena hal-hal tersebut akan menambah kecemasan."

Baca juga: Waspadai, 3 Bentuk Kecemasan yang Pengaruhi Produktivitas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com