Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Dampak Besar Perceraian pada Anak

Kompas.com - 28/05/2022, 22:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kemudian, akan muncul rasa khawatir untuk tidak dicintai lagi oleh orangtua. Hal ini disebabkan karena munculnya pemahaman, "Jika orangtua bisa berhenti mencintai satu sama lain, mereka pun mungkin bisa berhenti mencintai aku juga."

Baca juga: Ajarkan Anak Berani Meminta Tolong Kepada Orang Lain

Kedua, perceraian yang dialami oleh anak di tingkat sekolah dasar dapat menganggap bahwa merekalah penyebabnya. Anggapan ini didasarkan dari ketakutan mereka atas perilaku buruk atau kesalahan yang mungkin dilakukan kepada orangtua atau keluarganya.

Terakhir, perceraian yang terjadi ketika anak remaja. Pada masa ini, mereka cenderung akan mengalami gejolak emosi, seperti kemarahan atas tindakan perceraian dan perubahan yang diciptakannya. Mereka akan cenderung menyalahkan orangtua atas putusnya hubungan pernikahan.

Selain menyalahkan, anak remaja juga mungkin akan membenci salah satu atau kedua orangtua atas perceraian ini.

Akan tetapi, ketika berbicara dampak psikologis yang dialami oleh anak, Amy mengatakan bahwa hal itu tak bisa disamakan. Bagi beberapa anak, perceraian merupakan sebuah pengalaman yang stres dan sulit untuk disembuhkan. Namun, bagi sebagian lainnya, berhasil pulih dengan cepat dari pengalaman ini bukanlah hal yang sulit.

Bagaimana Menyikapi Anak atas Perceraian

Kabar baiknya, orangtua dapat mengambil langkah-langkah tepat untuk meminimalisasi dampak psikologis perceraian pada anak, asalkan seperti yang dikatakan oleh Astrid dalam siniar Anyaman Jiwa, "Jadi prinsipnya, sampaikan dengan jujur apa yang terjadi, langsung to the point tanpa bobot emosi. Jadi dengan jelas dan terang."

Meskipun terkesan mudah untuk dibicarakan dibanding dilakukan, tetapi hal ini merupakan prinsip utama dalam berkomunikasi tentang perceraian kepada anak.

Agar lebih mudah dibicarakan, Astrid memberikan tips soal kejujuran ini. “Katakan sejujurnya apa yang akan terjadi dengan bahasa yang digunakan sehari-hari dengan anak Anda,” jelas Astrid.

Baca juga: Menumbuhkan Rasa Peduli pada Anak

Namun, jujur saja tidak cukup untuk menjelaskan situasi. Perlu adanya penjelasan secara asertif agar anak tidak kaget, misalnya seperti yang diucapkan Astrid,

“Papah dan mamah akan hidup sendiri-sendiri, tetapi kamu tetap anak papah dan mamah yang kami cintai. Kalau kami sudah bercerai, kamu akan tinggal dengan papah atau mamah.”

Masih ada lagi tips dari Astrid untuk mengomunikasikan masalah perceraian kepada anak. Coba dengarkan anjuran dra. Astrid Regina Sapiie ini dalam siniar Anyaman Jiwa berjudul “Begini Caranya Memberitahu Anak-Anak Jika Orangtua Bercerai” di Spotify.

Selain berbicara soal perceraian, siniar ini juga akan memberikan tips-tips dan perspektif tentang kesehatan mental lainnya, setiap hari Rabu dan Jumat di Spotify atau akses melalui tautan berikut dik.si/aj_bercerai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com