Dalam dunia bisnis para akademisi telah menekankan pentingnya proses dalam serangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan.
Robbins dan Coulter (2018) mengemukakan bahwa manajemen meliputi proses yang terdiri atas empat fungsi utama, yaitu planning, organizing, leading, dan controlling.
Tanpa menjalankan empat fungsi ini, mustahil manajemen suatu organisasi dapat berjalan dengan baik.
Dalam kewirausahaan, Hisrich dkk (2008) mendefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang baru dan bernilai dengan mengorbankan waktu dan tenaga, melakukan pengambilan risiko finansial, fisik maupun sosial, serta menerima imbalan moneter serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
Tanpa menjalankankan proses ini, rasanya sulit wirausaha akan sukses berkompetisi dalam dunia bisnis yang makin dihantui ketidakpastian.
Sekali lagi, proses. Tidak ada pencapaian tujuan dan sasaran tanpa melalui serangkaian proses.
Namun di zaman yang menawarkan berjuta pilihan untuk mencapai hasil, proses itu pun ditawar.
Dibuat semudah mungkin dan bila perlu tidak harus diikuti. Semua dibuat instan.
Hasil menjadi hal utama.
Pantas diperlihatkan dan dibanggakan tanpa memedulikan proses yang mesti dilalui. Yang celaka, sebagian masyarakat lebih peduli hasil daripada proses.
Tak heran jika praktik flexing, ingin kelihatan sukses, hebat, dengan praktik “tipu-menipu” meraja saat ini. Proses tidak diperhatikan tetapi hasil. Padahal keduanya tidak bisa dipisahkan.
Pengurus olah raga menginginkan atlet juara, tetapi melalaikan pembinaan. Pelajar ingin sukses berprestasi tetapi tidak mau belajar.
Orang ingin menjadi kaya dan makmur tetapi tidak mau bekerja keras. Tidak masuk akal.
Pepatah lama: proses tidak akan mengkhianati hasil tampaknya dipertanyakan sebagian kalangan.
Dunia pendidikan masih tetap memercayai dan mengawal bahwa tidak mungkin hasil memuaskan diperoleh jika tidak melalui serangkaian proses pembelajaran yang baik dan benar.
Indonesia tidak akan tertinggal dari negara maju lain di dunia jika rakyatnya mengalami serangkaian proses pendidikan dan pembelajaran yang mumpuni di bangku sekolah. Tidak tersesat dan terkecoh dengan informasi bohong yang meracuni pikiran.