KOMPAS.com - Kata defensif dalam hubungan seringkali diartikan sebagai perilaku salah satu pasangan yang selalu protektif kepada pasangannya.
Padahal pengertian yang tepat dari kata tersebut adalah usaha untuk mengelak atau membela diri dari tuduhan melakukan kesalahan.
Walau terbilang menyebalkan, masalah itu sering tidak disadari oleh pelaku. Parahnya lagi, si pelaku malah balik menuduh pasangannya sebagai orang yang defensif.
Supaya keharmonisan hubungan tidak terganggu, ada baiknya kedua belah pasangan memang melakukan introspeksi diri.
Baca juga: Benarkah Pasangan Harus Romantis? 8 Resep Alain de Botton
Misalnya dengan menyimak tanda-tanda perilaku defensif berikut ini agar tidak saling keras kepala, dan mau mengakui kesalahannya.
Perilaku defensif bisa dideteksi melalui beberapa tanda seperti yang dibeberkan terapis berlisensi, Elizabeth Earnshaw di bawah ini.
Pasangan defensif ternyata suka mencari-cari alasan sebagai caranya mendapatkan pembenaran atau pembelaan supaya tidak disalahkan.
Merasa menjadi korban atau pihak yang dirugikan merupakan tanda lain yang ditunjukkan pasangan defensif.
Kita mungkin akan diuji kesabarannya jika menghadapi pasangan yang demikian lantaran ia tidak mau disalah-salahkan.
Pasangan defensif seringkali mau mengakui kesalahan apabila pasangannya melakukan sesuatu yang disyaratkan terlebih dulu.
Karena pasangan defensif tidak mau mengakui kesalahannya, tidak mengherankan jika ia kebanyakan embel-embel "tapi" saat berbicara.
Kata itu seolah-olah menjadi senjata untuk membalikkan tuduhan dari pasangan yang menyebut doi-nya telah berbuat kesalahan.
Kalimat “membela diri” dalam bahasan ini patut digarisbawahi lantaran setiap orang memiliki keinginan untuk melakukannya agar terbebas dari ancaman.
Baca juga: Ini 7 Tanda Pasangan Sudah Siap Menikah
Namun, usaha tersebut sebenarnya mengorbankan perasaan pasangan karena kebutuhan dan emosinya juga penting untuk diperhatikan.
“Ada sangat sedikit skenario di mana kita benar-benar perlu mempertahankan sudut pandang sendiri,” ujar Earnshaw.