KOMPAS.com - Jarum jam belum tepat menunjukkan pukul 8.00 pagi. Awan mendung pun masih bergelayut dengan angin kencang yang dinginnya terasa menusuk di kulit.
Tetapi, jalur sepeda di Strandvejen -sebuah jalan sepanjang tak kurang dari 7 kilometer yang membentang dari utara ke selatan di kawasan Hellerup, sisi timur Kota Kopenhagen -sudah ramai dipenuhi warga yang bersepeda.
Ya, pemandangan di Senin pagi itu agak berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, di saat Kota Kopenhagen terasa lebih lengang, karena long weekend, Hari Kenaikan Isa Almasih.
"Nah, seru kan? Ini pemandangan Kopenhagen yang sebenarnya. Setiap hari kerja kayak begitu," ujar Bernadeta Pratiwi, warga Indonesia yang sudah tiga tahun terakhir bekerja di sana.
Jalur sepeda selebar 1,5-2,5 meter yang dibuat lebih tinggi sekitar 20an centimeter di sisi jalan, pagi itu dipenuhi pesepeda dengan berbagai gaya dan penampilan.
Baca juga: Kalahkan Singapura dan Tokyo, Kopenhagen Kota Paling Aman di Dunia
Mulai dari perempuan berjas dengan tas tangan yang ditaruh di keranjang, atau pemuda-pemuda yang melaju kencang di jalur kiri dengan backpack di punggung, hingga wanita yang memakai hi-heels ada di sana.
Belum lagi, kala mendekat di kawasan sekolah dasar, banyak bocah yang dengan gesitnya melaju di sisi kanan jalan, lengkap dengan helm dan tas punggungnya.
Atau, bagi anak yang lebih kecil, sang ibu terlihat bersepeda di sisi luar untuk melindungi sang anak, sambil terus memberi instruksi agar si bocah bersepeda dengan benar.
Jika tidak didampingi, bocah-bocah ini diangkut dengan cargo bike, sepeda angkut mirip becak yang sangat populer di Kopenhagen.
Tiba di sekolah, halaman depan gedung pun dipenuhi dengan anak-anak yang menambatkan sepedanya ke rak-rak sepeda, -yang merupakan pemandangan khas di setiap sisi kota ini.
Tak peduli tua-muda, laki-laki-perempuan, warga di Kopenhagen memang terlihat sangat terbiasa mengawali hari mereka dengan bersepeda.