"Kematian seorang anak membawa berbagai tantangan berbeda bagi setiap orang," kata Fiona MacCullum, seorang profesor dari University of Queensland.
Ada yang kemudian bisa melanjutkan hidup dan menghadapi kehilangan itu, sementara yang lain masih berjuang menemukan makna dalam hidup.
Baca juga: Duka Ridwan Kamil, Pahami 6 Etika Berbelasungkawa di Media Sosial
Riset yang dilakukan para peneliti Arizona State University di tahun 2018 memeriksa kondisi kesehatan dan berbagai fungsi fisik pada 461 orang tua yang kehilangan anak dalam 13 tahun terakhir.
Hasil riset tersebut menunjukkan adanya penurunan kondisi kesehatan serta gangguan pemulihan.
Respons kesedihan, trauma kehilangan anak dapat memicu gejala fisik, seperti sakit perut, kram otot, sakit kepala bahkan sindrom iritasi usus besar.
Di samping itu, sejumlah penelitian telah menemukan hubungan antara kesedihan yang belum pulih sepenuhnya dengan gangguan kekebalan, kanker dan perubahan genetik jangka panjang.
Salah satu yang mengejutkan dari kondisi itu adalah broken-heart syndrome atau sindrom patah hati.
Sindrom ini digambarkan pada suatu kondisi yang mirip seperti serangan jantung.
Beberapa gejala yang muncul adalah nyeri dada, peningkatakn enzin jantung pada hasil lab, hingga elevasi segmen ST pada elektrokardiografi.
"Sebagai reaksi terhadap stres emosional atau fisik, respons alami tubuh dapat melepaskan katekolamin."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.