Candi Borobudur juga termasuk salah satu keajaiban dunia dengan akulturasi budaya Indonesia dan Buddha.
Struktur bangunan candi berbentuk punden berundak yang terdiri dari sembilan teras bertumpuk, yang mancakup enam teras berbentuk bujur sangkar dan tiga pelataran bundar.
Pada bagian atasnya terdapat stupa utama terbesar yang menjadi mahkota dari monumen bersejarah ini.
Stupa tersebut dikelilingi tiga barisan 72 stupa berlubang yang di dalamnya ada arca Buddha yang duduk bersila.
Sementara dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief yang punya makna tersirat.
Pengunjung yang datang bisa mendengar cerita setiap relief dari pemandu wisata yang sudah disediakan pengelola.
Baca juga: Candi Borobudur: Sejarah, Relief, dan Mitos Kunto Bimo
Bentuk dasar bangunan candi terdapat tiga tingkatan yang melambangkan kosmologi Buddha Mahayana.
Tiga tingkatan itu adalah kamadhatu (kaki candi), rupadhatu (tubuh candi), dan arupadhatu (atas candi). Berikut pesona dan makna dari masing-masing tingkatan Candi Borobudur.
Kamadhatu merupakan tingkatan paling bawah yang ada di Candi Borobudur. Tempat ini menggambarkan kehidupan manusia di dunia yang penuh keburukan, nafsu, dan bergelimang dosa.
Sebagian besar tingkatan kamadhatu tertutup oleh tumpukan batu yang menjadi penguat konstruksi candi.
Awalnya, candi Borobudur tidak memiliki bagian bawah yang selebar ini.
Namun, karena ada bagian tanah yang miring saat pembuatannya, akhirnya bagian bawah candi, termasuk panel-panel Mahakarmawibhangga yang melukiskan hubungan sebab akibat terpaksa ditutup menggunakan batu-batu fondasi tambahan.
Naik satu tingkat ke bagian tengah candi dinamakan rupadhatu.
Tingkatan ini melambangkan kehidupan manusia yang telah terbebas dari hawa nafsu, tetapi masih terikat dengan hal-hal yang sifatnya duniawi.