SEKALI waktu saya mengikuti sebuah acara diskusi di televisi nasional. Terkadang saya menyaksikan diskusi berlangsung demikian sengit, bahkan panas antara dua pihak yang berseberangan pendapat.
Ketika yang satu belum usai berbicara, yang lain juga segera menimpali, demikian juga sebaliknya, terus dan terus.
Sang pembaca acara tampak kebingungan bagaimana menghentikan perang urat leher di antara keduanya. Dan…, iklan pun muncul.
Apakah itu tontonan yang apik? Terserah Anda menilainya. Tetapi, sependek pengetahuan penulis, komunikasi atau percakapan yang baik adalah yang saling menghargai pendapat satu dengan yang lain.
Tidak mengandalkan kuat-kuatan urat leher apalagi sampai menyerang aspek pribadi lawan bicara secara verbal.
Penulis sebagai masyarakat biasa yang kebetulan menonton hal seperti ini beberapa kali, hanya bisa geleng-geleng kepala.
Mereka hanya mau didengar, tak mau berhenti untuk mendengar walau hanya sebentar saja. Dalam hati -- hanya dalam hati penulis bertanya, seperti itukah komunikasi yang baik? Di mana etika dan sikap saling menghargai disembunyikan?
Manusia butuh didengar
Setiap orang, saya kira, butuh didengar. Ia butuh orang lain tempatnya mencurahkan pemikiran atau isi hatinya. Dengan demikian, dia merasa beban pikirannya menjadi lebih ringan, lebih plong.
Karena manusia butuh didengar, maka ia akan berupaya menemukan seseorang yang bisa mendengar kata-katanya yang berisi banyak hal.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.