Bahkan jarang melakukan kontak fisik seperti memeluk anak juga termasuk penganiayaan pada anak.
Pengabaian merupakan bentuk penganiayaan anak paling umum yang lebih banyak terjadi pada ABK dibandingkan pada anak-anak tanpa disabilitas.
Dari keseluruhan kasus child maltreatment (penganiayaan pada anak) yang dilaporkan, ditemukan bahwa 3-10 persen diantaranya dilakukan kepada ABK.
Tingkat child maltreatment pada anak-anak penyandang disabilitas setidaknya tiga kali lebih tinggi daripada anak-anak pada umumnya.
Untuk membantu mengatasi stres pengasuhan dan mencegah risiko child maltreatment, maka orangtua perlu menjaga kondisi psikologisnya, atau yang dapat dijelaskan melalui konsep subjective well-being (kesejahteraan diri).
Subjective well-being dapat didefinisikan sebagai penilaian pribadi secara emosional maupun penilaian umum (kognitif) seseorang terhadap kehidupan pribadinya (Diener, Oishi & Lucas, 2009; Diener, 2009; Diener, Lucas, & Oishi, 2018).
Adapun kesadaran dan pengelolaan orangtua terhadap subjective well-being melalui gaya hidup sehari-hari dapat membantu meningkatkan kualitas hidup, khususnya pada orangtua dengan ABK (Sheenar-Golan, 2015).
Berikut beberapa cara yang dapat digunakan oleh orangtua dari ABK untuk mengelola subjective well-being:
1. Melatih kesadaran diri atau mindfulness
Saat orangtua menghayati setiap aktivitas yang dilakukan secara sadar, mereka akan lebih mampu untuk memahami dirinya dari sudut pandang yang lebih objektif.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.