Bertambah gemuk
Meski dapat membantu menurunkan berat badan pada awalnya, mengurangi protein dapat menyebabkan penambahan berat badan dalam jangka panjang.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan Spanyol, peserta diminta mengisi kuesioner terkait kebiasaan makan mereka selama enam tahun.
Hasilnya, ditemukan bahwa makan makanan berprotein tinggi memiliki risiko 90 persen lebih besar dalam membuat badan lebih berat dibanding mereka yang makan lebih sedikit.
Bahkan penambahan berat badan itu pun tak sedikit, yaitu sekitar 10 persen dari berat tubuh para partisipan.
Baca juga: Selain Tahu dan Tempe, Ini 5 Makanan Nabati yang Kaya Protein
Ginjal bekerja lebih keras
Saat memakan daging dan sumber protein lainnya, tubuh akan menerima asupan nitrogen yang biasanya terkandung dalam asam amino pembentuk proteins.
Nah, jika mengonsumsi protein dalam jumlah normal, nitrogen akan dikeluarkan tubuh. Namun jika berlebihan, ginjal kita akan bekerja lebih keras untuk membuang semua nitrogen yang ada.
"Meski tidak berbahaya dalam jangka pendek, terus menerus melakukannya dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal,” ujar Bjork.
Menambah lemak perut
Selain dapat menambah berat badan, rupanya asupan protein berlebih dapat membuat timbunan lemak perut.
Hal ini terjadi karena tubuh mengonsumsi lebih banyak protein dibanding yang dibutuhkan tubuh.
Hasilnya, protein ekstra bisa disimpan tubuh sebagai lemak, sementara kelebihan asam amino akan dibuang begitu saja.
Memperpendek umur
Sebuah penelitian di jurnal Cell Metabolism menemukan bahwa makan makanan kaya protein hewani empat kali atau lebih dalam sehari mungkin menjadi pemicu kematian akibat kanker.