Jika anak menjawab, “Saya tidak punya teman,” itu adalah tanda bahaya besar dan kita perlu mencari tahu lebih banyak.
Carilah perubahan signifikan dalam perilaku dan kepribadian khas anak kita.
Anak yang menjadi korban perundungan kadang-kadang akan tampak cemas, manja, cemberut, atau menarik diri.
Mereka mungkin juga tampak sedih, murung, menangis, atau tertekan, terutama setelah sekolah atau bermedia sosial.
Ketika anak di-bully, mereka akan sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau penyakit fisik lainnya.
Kenali pula tanda-tanda fisiknya seperti adanya luka, memar atau goresan yang aneh.
Anak-anak juga mungkin menunjukkan perubahan dalam kebiasaan makan seperti melewatkan makan atau makan berlebihan, misalnya karena bekalnya direbut oleh pelaku bullying.
Anak-anak yang menjadi sasaran perundungan cenderung mengalami kesulitan tidur atau mengalami mimpi buruk.
Indikator lainnya termasuk menangis hingga tertidur atau mengompol, yang bukan jadi kebiasaan mereka.
Tentunya ini memengaruhi prestasi mereka di sekolah, misalnya membuatnya nilainya buruk dan masalah absensi.
“Jika sekolah adalah tempat terjadinya intimidasi, kemungkinan besar anak Anda akan mengembangkan keengganan ke sekolah karena mereka tidak lagi merasa aman,” kata Suarez-Angelino.
Perhatikan baik-baik jika anak kehilangan minat pada olahraga, hobi, atau aktivitas favorit.
Menyimpang dari rutinitas biasanya merupakan indikasi bahwa ada sesuatu yang salah, termasuk bullying.
Anak yang mengalihkan minatnya memang sangat normal namun jika muncul tiba-tiba atau tak terduga maka orangtua layak mencari tahu alasannya.
Baca juga: Mayoritas Pelaku Perundungan Anak adalah Temannya