KOMPAS.com - Kasus bullying sedang marak jadi pemberitaan beberapa waktu belakangan.
Pelaku dan korbannya datang dari berbagai usia, dengan beragam motifnya masing-masing.
Namun yang pasti, bullying memberikan dampak buruk untuk masa depan korbannya.
Baca juga: Buntut Bullying Siswa MTs di Kotamobagu hingga Tewas, Kepala Sekolahnya Terancam Sanksi
Berita ini tentunya membuat banyak orangtua khawatir jika ternyata anaknya menjadi korban bullying di sekolah.
Terlebih lagi, korban perundungan umumnya lebih banyak diam dan takut untuk menceritakan perundungan yang dialaminya, khususnya dari orangtuanya.
Hal ini membuat intimidasi semakin parah dan kita, sebagai orangtua, terlambat untuk memberikan bantuan.
"Anda harus menggunakan keterampilan detektif, mengajukan banyak pertanyaan, dan mengamati reaksi nonverbal untuk menilai apakah mereka mungkin menahan sesuatu," kata Ciandra St. Kitts, LCSW, pekerja sosial klinis berlisensi di Amerika Serikat, yang berspesialisasi dalam isu keluarga dan anak.
Ada banyak alasan anak seringkali bersikap tertutup soal bullying, salah satunya karena itu memalukan dan menyakitkan bagi mereka.
Mereka juga cemas kita akan menyalahkan mereka dan membenarkan intimidasi yang dialaminya.
Baca juga: Kenali Tanda Remaja Putri Jadi Korban Bullying Emosional
Jika anak enggan terbuka, orangtua wajib mengenal tanda-tandanya anak menjadi korban bullying dari teman bermainnya.
"Setelah dipastikan bahwa anak Anda diganggu, Anda harus meyakinkan mereka bahwa Anda ada untuk mendukung mereka," saran Kitts.
Dikutip dari Very Well Family, berikut adalah sejumlah tanda anak sedang menjadi sasaran perundungan.
Perhatikan jika anak tak lagi membicarakan soal temannya, pergi dengan rekan sebayanya atau minim interaksi sosial lainnya.
Tanyakan kabar teman-teman dekatnya lalu teliti reaksi dan jawaban yang diberikan anak.
"Amati tidak hanya apa yang mereka katakan sebagai tanggapan, tetapi juga bahasa tubuh mereka," kata Lena Suarez-Angelino, pekerja sosial di AS yang fokus menangani kasus bullying remaja.
Baca juga: Ajari 5 Sikap Tegas Ini kepada Anak agar Tak Jadi Korban Bullying
Jika anak menjawab, “Saya tidak punya teman,” itu adalah tanda bahaya besar dan kita perlu mencari tahu lebih banyak.
Anak yang menjadi korban perundungan kadang-kadang akan tampak cemas, manja, cemberut, atau menarik diri.
Mereka mungkin juga tampak sedih, murung, menangis, atau tertekan, terutama setelah sekolah atau bermedia sosial.
Ketika anak di-bully, mereka akan sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau penyakit fisik lainnya.
Kenali pula tanda-tanda fisiknya seperti adanya luka, memar atau goresan yang aneh.
Anak-anak juga mungkin menunjukkan perubahan dalam kebiasaan makan seperti melewatkan makan atau makan berlebihan, misalnya karena bekalnya direbut oleh pelaku bullying.
Anak-anak yang menjadi sasaran perundungan cenderung mengalami kesulitan tidur atau mengalami mimpi buruk.
Indikator lainnya termasuk menangis hingga tertidur atau mengompol, yang bukan jadi kebiasaan mereka.
Tentunya ini memengaruhi prestasi mereka di sekolah, misalnya membuatnya nilainya buruk dan masalah absensi.
“Jika sekolah adalah tempat terjadinya intimidasi, kemungkinan besar anak Anda akan mengembangkan keengganan ke sekolah karena mereka tidak lagi merasa aman,” kata Suarez-Angelino.
Perhatikan baik-baik jika anak kehilangan minat pada olahraga, hobi, atau aktivitas favorit.
Menyimpang dari rutinitas biasanya merupakan indikasi bahwa ada sesuatu yang salah, termasuk bullying.
Anak yang mengalihkan minatnya memang sangat normal namun jika muncul tiba-tiba atau tak terduga maka orangtua layak mencari tahu alasannya.
Baca juga: Mayoritas Pelaku Perundungan Anak adalah Temannya
Jika anak pulang dengan pakaian, buku, mainan, barang elektronik, dan barang-barang lainnya yang sobek, rusak, atau hilang, gali lebih dalam.
Kemungkinan mereka jadi sasaran intimidasi karena pelaku bullying kerap merusak atau mengambil barang korbannya.
Banyak anak tidak akan benar-benar menggunakan kata "bullying" untuk menggambarkan apa yang mereka alami.
Perhatikan jika anak-anak mengatakan ada banyak “drama” di sekolah atau orang lain “bermain-main” dengan mereka.
Mintalah mereka untuk menggambarkan apa yang terjadi dan bagaimana perasaannya untuk memastikan hal tersebut.
Baca juga: Bullying Antar Saudara Pun Berdampak pada Kesehatan Mental
Anak zaman sekarang bergaul dengan temannya tak hanya di sekolah namun juga via media sosial, email, whatsapp, dll.
Jika ada perubahan perilaku ketika asyik di dunia maya, misalnya sedih atau mendadak kesal, bisa jadi ini tanda cyberbullying.
Meski dilakukan secara online, tindakan intimidasi ini juga bisa menyebabkan banyak dampak negatif termasuk cemas, depresi, rendah diri hingga bunuh diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.