Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diet Rendah Karbohidrat, Turun Berat Badan 9,9 Kg dalam 6 Minggu, Mau?

Kompas.com - 16/06/2022, 10:29 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Today

KOMPAS.com - Saat berusaha menurunkan berat badan, salah satu saran yang biasa kita dengar adalah mengurangi porsi makan, dan lebih banyak bergerak.

Namun pada kenyataannya, terkadang usaha tersebut tak memberikan banyak berpengaruh.

Bahkan di negara seperti Amerika Serikat, lebih dari 40 persen penduduknya masih mengalami obesitas, sebagaimana dilaporkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

Kenyataan ini mendorong sekelompok ilmuwan dan dokter pakar obesitas berpikir bahwa pembatasan kalori bisa menyebabkan banyak hal negatif.

“Tubuh akan melawan jika seseorang makan lebih sedikit dari biasanya,” kata profesor nutrisi di Harvard School of Public Health, Dr. David Ludwig.

Menurut dia, membatasi kalori bukan hanya membuat seseorang merasa lebih lapar, namun juga memperlambat metabolisme.

Baca juga: Diet Bukan Cuma untuk Turunkan Berat Badan

Meski dapat menurunkan berat badan dengan cepat, hanya segelintir orang yang dapat mengabaikan rasa lapar.

Selain itu, mereka masih perlu berjuang melalui masalah metabolisme demi mempertahankan penurunan berat badan mereka,” kata Ludwig, sebagaimana dikutip dari laman Today.

Untuk itu, Ludwig dan rekan-rekannya menyarankan pendekatan baru yang mereka sebut sebagai model karbohidrat-insulin.

Jadi, jika makan berlebihan tidak memicu obesitas, berhentilah menghitung kalori dan mulai mengurangi karbohidrat untuk mengontrol kadar insulin.

“Insulin dapat dianggap sebagai pupuk sel lemak terbaik."

"Jika jumlahnya terlalu banyak, sel-sel lemak akan diprogram untuk menimbun kalori."

"Akibatnya, ada terlalu banyak kalori dalam aliran darah. Inilah mengapa kita merasa lapar,” papar Ludwig.

Diet low-carb (rendah karbohidrat) ini pun semakin populer dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Kisah Wanita Asal New York, Turunkan Berat Badan dengan Jalan Kaki

Umumnya, diet ini membuat seseorang mengurangi konsumsi karbohidrat halus, seperti roti, nasi, dan camilan manis, namun mengonsumsi protein serta lemak sehat, seperti alpukat dan kacang-kacangan.

Versi ekstrem dari diet ini adalah diet ketogenik, diet yang membatasi karbohidrat antara 30 dan 50 gram sehari.

Kini, diet low-carb ini pun semakin populer setelah dianggap berkelanjutan dan baik untuk lingkungan.

 

Turun 9,9 kilogram dalam enam minggu

Keefektifannya pun makin diyakini setelah ada beberapa orang yang berhasil melakukannya, seperti yang terjadi pada Jennifer Haines (42) yang kini tampil lebih sehat dan langsing.

Sebelumnya, Haines sempat merasa depresi karena memiliki berat badan berlebih dan mulai diet namun hasilnya nihil.

Baru tiga tahun lalu, Haines bertemu dengan peneliti Jeff Volek, seorang profesor di Departemen Ilmu Manusia di Ohio State University yang mempelajari diet rendah karbohidrat selama 25 tahun.

Setelah enam minggu menjalani diet rendah karbohidrat, Haines kehilangan 9,9 kilogram berat badan.

Dia terus melakukannya hingga berhasil menurunkan berat badannya sebanyak 39 kilogram.

Kendati demikian, diet ini bukan tanpa beban baginya. Pasalnya, Haines terpaksa mengurangi konsumsi makanan favoritnya, termasuk pasta, roti, dan kentang.

Baca juga: 5 Makanan Sehari-hari yang Bisa Bantu Turunkan Berat Badan

Namun, karena mendapatkan hasil yang baik adalah satu-satunya motivasi yang dibutuhkan Haines, dia terus melakukan diet tersebut.

Bahkan, dia menyebut diet keto itu sebagai perubahan gaya hidup, bukan diet.

Haines pun bisa melihat perubahan pada tubuhnya dalam waktu yang cukup cepat, yakni enam minggu setelahnya.

“Saat kita membatasi asupan karbohidrat, tubuh akan bekerja lebih baik dalam membakar lemak tubuhnya, karena tak lagi memiliki gula untuk dibakar,” tutur Voltek menjelaskan apa yang terjadi pada Haines.

Dia menambahkan, ketika seseorang mendapatkan diet yang benar, maka mereka akan merasa kenyang dan mulai membatasi kalori tanpa harus menghitung.

Maksud Voltek dengan diet yang benar adalah dengan membatasi karbohidrat, makan protein dalam jumlah sedang, dan tetap menerima lemak tubuhnya.

Voltek dan rekan-rekan sejawatnya pun menganggap, sebenarnya penurunan berat badan merupakan manfaat sampingan dari diet low-carb ini.

Pasalnya, diet low-carb merupakan diet yang diyakini dapat membantu pasien diabetes tipe 2.

Baca juga: Simak, Rahasia Komunitas Zona Biru untuk Turunkan Berat Badan

Selain itu, studi Voltek juga membuktikan, orang-orang yang menjalani diet rendah karbohidrat dapat kehilangan lebih dari 10 persen massa tubuh, dan menjaganya tidak berubah.

 

Hilangkan stigma obesitas

Lebih menariknya lagi, pendekatan diet cara baru ini juga menghilangkan beberapa stigma seputar obesitas, yang biasanya identik dengan masalah perilaku.

Misalnya, beberapa dokter yang sering menganggap orang kelebihan berat badan pasti disebabkan karena makan terlalu banyak atau tidak memiliki kemauan menurunkan berat badan.

Nah, pendekatan baru ini tidak menyalahkan pasien dan memandang obesitas sebagai masalah biologis, dengan fokus pada pengaturan hormon insulin.

Volek dan timnya di Ohio State juga mempelajari manfaat diet rendah karbohidrat pada penyakit dan kondisi lain, termasuk untuk beberapa jenis kanker, serta untuk kesehatan mental.

Baca juga: Tak Perlu Latihan Kardio, Angkat Beban Efektif Turunkan Berat Badan

Perlu diperhatikan pula, kita tetap bisa memakan karbohidrat, terlepas dari diet apapun yang kita lakukan, asalkan tetap memantaunya.

Lalu, sebaikmya bicarakan dengan dokter terlebih dahulu apakah diet itu cocok untuk kita atau tidak.

Ingat pula, tidak ada diet yang “sempurna”. Namun yang penting adalah diet yang bisa kita lakukan untuk waktu yang lama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Today
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com