Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cermati, 6 Kebiasaan Belanja Ini Ternyata Bikin "Kantong Bolong"

Kompas.com - 21/06/2022, 07:46 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Hal tersebut tentu bukanlah perilaku yang terpuji dan sebaiknya rencana belanja juga mengatur makanan apa saja yang ingin dibuat.

3. Tidak mencoba belanja online

Belanja online tidak sekadar praktis dan cepat, tapi memungkinkan kita untuk mendapat diskon atau promo spesial.

Misalnya promo gratis ongkos kirim atau promo dengan minimal nominal belanja.

Larsgaard mengatakan, belanja online menjadi alternatif lain agar tidak mudah kepincut mengambil produk yang sedang didiskon atau dipromokan di toko.

"Itu menghemat waktu dan akan memastikan bahwa Anda hanya akan mendapatkan barang-barang di daftar (rencana belanja)," tutur Larsgaard.

Baca juga: Harga Kebutuhan Melonjak? 5 Cara Hemat tapi Tetap Sehat

4. Tidak mengontrol porsi makan

Merupakan hal yang lumrah apabila sebagian orang lapar mata selama berbelanja di toko dan memasukkan banyak makanan ke dalam keranjang.

Namun, keinginan itu sebaiknya dicegah dengan menyadari berapa porsi makan yang akan dibuat supaya anggaran belanja bisa dihemat.

Jika tidak, masukkan makanan yang mudah rusak ke dalam freezer dan catat kapan batas kadaluwarsanya supaya kita tidak membuang-buang makanan.

Ilustrasi daging sapi. Simak daftar negara penghasil daging sapi terbesar di dunia.SHUTTERSTOCK/Osacr_Y Ilustrasi daging sapi. Simak daftar negara penghasil daging sapi terbesar di dunia.

5. Kurangi konsumsi daging

Konsumsi daging -khususnya sapi- menyebabkan anggaran belanja terkadang membengkak.

Terlebih jika kita belanja daging sapi menjelang hari-hari besar atau penting, seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru, termasuk Idul Adha.

"Saya pikir ada masalah dengan terlalu banyak daging dalam makanan kita secara umum," kata Larsgaard.

"Bisakah kita makan satu kali seminggu tanpa daging?" tambahnya.

Larsgaard juga menyampaikan, mengurangi konsumsi daging dapat meminimalisir emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh produksi makanan hewani yang dua kali lipat lebih tinggi ketimbang makanan nabati.

6. Tergoda membeli produk dari merek tertentu

Branding sebuah merek seringkali begitu membekas di benak banyak orang sehingga mereka hanya mau membeli produk dari merek tertentu, apalagi merek yang ternama.

Padahal, di pasaran ada produk-produk tertentu dari merek lain yang memberikan kualitas sama dengan harga lebih murah.

Atau malah kita bisa mendapatkan produk yang lebih berkualitas dengan harga bersaing dari merek lain.

"Iklan menempel di otak kita dan kita cenderung membeli merek-merek terkenal. Jika Anda memilih merek terkenal, berhentilah sejenak dan pikirkan lagi," kata Larsgaard.

"Anda dapat menghemat sebanyak 20-40 persen dari harga," pungkasnya.

Baca juga: Tips Belanja Cerdas agar Tetap Hemat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com