Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Polusi Udara seperti di Jakarta, Picu Depresi pada Remaja

Kompas.com - 22/06/2022, 14:39 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kualitas udara di Jakarta beberapa hari belakangan memburuk. Bahkan warga Jakarta disebut bakal kehilangan harapan hidup 3-4 tahun akibat polusi udara.

Estimasi kehilangan harapan hidup itu berdasarkan laporan yang dirilis Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC) pada 14 Juni 2022 terkait indeks kehidupan kualitas udara atau Air Quality Life Index (AQLI).

"Penduduk yang tinggal di bagian paling tercemar di Asia Tenggara di wilayah sekitar kota Mandalay, Hanoi, dan Jakarta diperkirakan akan kehilangan harapan hidup rata-rata 3-4 tahun," demikian bunyi laporan AQLI, seperti dikutip pemberitaan Kompas.com, sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah merivisi tingkat paparan polusi udara dari 10 mikrogram per meter kubik, menjadi 4 mikrogram per meter kubik.

Itu menunjukkan, pedoman tersebut membawa sebagian besar dunia atau 97,3 persen global populasi ke dalam zona tidak aman.

Baca juga: Riset Ungkap Kaitan Ibu Depresi dan Anak Rewel

Dampak polusi udara yang memicu depresi bagi remaja

Terlepas dari dampaknya terhadap penurunan kesehatan fisik pada masyarakat yang tinggal di kota besar dan polusi udara tinggi, kondisi ini bisa berdampak bagi kesehatan mental.

Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan American Psychological Association, paparan ozon dari polusi udara telah dikaitkan dengan depresi bagi remaja.

Ozon adalah gas yang dihasilkan ketika berbagai polutan dari knalpot kendaraan bermotor, pembangkit listrik dan beberapa sumber lain bereaksi terhadap sinar matahari.

Tingkat ozon yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan berbagai penyakit fisik. Termasuk asma, penyakit pernapasan sampai kematian dini akibat kerusakan paru-paru.

Penelitian itu juga mengungkap, polusi udara berisiko menyebabkan gangguan mental seperti depresi.

Gejala-gejala yang muncul di antaranya adalah perasaan sedih, putus asa berkepanjangan, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tidur hingga pikiran bunuh diri.

"Menurut saya temuan kami benar-benar berbicara tentang pentingnya dampak polusi udara pada kesehatan mental selain fisik."

Demikian ungkap ketua peneliti, Erika Manczak, asisten profesor psikologi di University of Denver, seperti dilansir laman Science Daily.

Baca juga: Studi: Polusi Udara Pengaruhi Jumlah Sperma

Dalam studinya, para peneliti menganalisis data dari penelitian sebelumnya tentang stres kehidupan awal dengan 213 peserta remaja di rentang usia 9-13 tahun.

Mereka membandingkan kesehatan mental remaja selama periode empat tahun menggunakan metode sensus, termasuk tempat tinggal, hingga tingkat polusi udara di kota mereka tinggal.

Hasil penelitian menyebutkan, remaja yang tinggal di kawasan dengan tingkat ozon serta polusi udara yang tinggi menunjukkan gejala depresi yang lebih signifikan dari waktu ke waktu.

Dalam penelitian ini juga tidak dikaitkan dengan faktor lain yang memengaruhi depresi, seperti jenis kelamin, ras, kondisi keuangan orangtua, pendidikan orangtua, karakteristik sosial ekonomi dan lain sebagainya.

Baca juga: Polusi Udara dan Penyakit Jantung Tingkatkan Risiko Demensia

Penjelasan ilmiah polusi udara dan gangguan kesehatan mental

Bagaimana bisa tingkat polusi udara di suatu wilayah bisa berpengaruh pada kesehatan mental?

Para peneliti juga menelaah dampak yang terjadi jika seseorang tinggal di kota besar dengan kualitas udara yang buruk, Jakarta misalnya.

Ozon, partikel hingga zat lain yang terdapat pada polusi udara dapat berkontribusi memicu peradangan tingkat tinggi di dalam tubuh.

Peradangan inilah yang dikaitkan dengan kemungkinan atau perkembangan depresi.

Sedangkan remaja adalah rentang usia paling sensitif terhadap efek ini karena mereka cenderung menghabiskan waktu di luar ruangan.

Penelitian tersebut mencakup ukuran sampel yang relatif kecil di wilayah Amerika Serikat. Sehingga temuan tersebut bersifat korelasional.

Hal itu berarti masih dibutuhkan penelitian lebih dalam tentang ozon. Tapi secara garis besar, antara ozon dan gejala depresi memiliki keterkaitan satu sama lain.

"Kita harus memiliki peraturan yang lebih ketat tentang industri yang menyebabkan polusi udara," tandas Manczak.

Baca juga: Jarang Disadari, Kenali Gejala Depresi pada Pria

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com