Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita 2 Playset "Dewasa" untuk Perayaan 90 Tahun Lego

Kompas.com - 23/06/2022, 12:37 WIB
Glori K. Wadrianto

Penulis

Menanggapi kreasi ini, Niels Milan Petersen, yang merupakan desainer awal dari kreasi-kreasi awal Lego mengaku amat bangga, namun juga cemburu. 

Lelaki dengan rambut gondrong, topi koboi, vest kulit, dan berjalan tanpa alas kaki ini, lalu menjelaskan alasannya.

Menurut dia, keleluasaan berkreasi yang didapat kolega-kolega mudanya saat ini pantas membuat dia cemburu.

“Dulu, kami kerap memasukkan begitu banyak hal ke dalam kreasi, tapi harus dikeluarkan lagi," ungkap Pedersen.

Menurut Pedersen, pertimbangan utama di masa itu adalah harga.

“Kami harus membuat kreasi yang harganya tidak terlalu tinggi, karena diyakini tak banyak orang yang mau mengeluarkan uang begitu banyak untuk mainan di masa itu," sebut dia.

"Nah, hal itulah yang selalu menjadi perhatian kami dalam berkreasi," sebut dia. 

Baca juga: Melihat Piramida Agung Giza yang Megah dari 1.476 Blok Lego

Di masa lalu, Lego hanya dianggap sebagai mainan anak-anak, dan dewasa tak dikira bakal ikut memainkannya. "Ini perkembangan yang tergolong baru," sebut dia.

Pendekatan karakter untuk konsumen dewasa pun sedapat mungkin dihindari.

Dia ingat bagaimana salah satu model kastil yang dibuatkan dilengkapi dengan figur pandai besi dan dapur kecil, namun akhirnya harus disingkirkan.

Ada pula, kreasi tangga yang dinilai terlalu rumit dan mahal, yang kemudian disingkirkan, sebut Pedersen lagi.

Namun demikian semua perjuangan Pedersen membutuhkan proses.

Pendekatan mulai bergeser ketika di tahun 1989, dia dan mendiang Jens Nygaard Knudsen, -pencipta minifigure Lego dan Lego Space, mulai memperjuangkan ide ini.

Mereka berusaha meyakinkan para petinggi untuk mengizinkan tidak hanya membuat kapten bajak laut dengan raut muka "tak senyum", tetapi juga meriam yang menembak proyektil.

Baca juga: Lego Luncurkan Kendaraan Luke Skywalker untuk Sambut Star Wars Day

Ada pula izin untuk membuat kreasi pistol, senapan, dan bendera bajak laut tengkorak lengkap dengan tulangnya, yang terasa jauh dari kesan anak-anak.

"Semua itu adalah pertempuran panjang dengan pemilik Lego saat itu Godtfred Kirk Christiansen," kata Pedersen.

"Mereka awalnya tak ingin menaruh kreasi tengkorak di sana, tapi menurut kami itu terasa kurang pas, sehingga kami terus berjuang untuk itu," kenang dia lagi.

Usai acara sharing ini, para jurnalis dapat datang mendekat ke panggung, untuk melihat detail kedua kreasi tersebut.

Tiba-tiba, suara wanita berbaju putih itulah yang terdengar. Ya, suara tegas yang mengulangi larang jurnalis untuk mengambil gambar.

Sesaat kemudian, kedua set tersebut sudah dikemasi, dan usai santap siang, set tersebut sudah tak ada lagi di ruangan.

Kini, setelah berselang lebih dua minggu sejak momen tersebut- set-set Lego "dewasa" itu sudah bisa dinikmati publik.

Foto-foto yang dibagikan pihak Lego pun sudah menghiasi banyak pemberitaan dalam beberapa hari terakhir.

Akankah set-set ini menjadi begitu spesial seperti yang dibayangkan? Kita nantikan saja...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com