Menurut seorang profesor antropologi di University of California, Riverside mengatakan, perasaan menyalahkan diri sendiri adalah satu hal yang umum bagi korban pelecehan seksual.
"Ada kepercayaan umum soal budaya zaman dulu bahwa wanita yang tidak baik-baik akhirnya diperkosa."
"Keyakinan seperti itu dapat membuat korban berpikir bahwa pelecehan yang dialaminya akibat kesalahan diri sendiri," katanya.
Alasan umum korban tidak melaporkan pelecehan seksual adalah karena dia takut akan adanya timbal baliknya.
Misalnya pelecehan seksual itu dilakukan oleh atasan di tempat kerja. Beberapa korban mengakui bahwa mereka tidak berani speak up karena takut dipecat.
Pada tahun 2022, sebuah riset yang dilakukan oleh Mindy E. Bergman dan Patrick Palmieri dari University of Illinois, Urbana-Champaign mempublikasikan temuan mereka dalam Journal of Applied Psychology.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa kebanyakan korban pelecehan mengalami ketakutan akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada hidupnya.
Baca juga: Kenapa Diam dan Tak Melawan Saat Mengalami Pelecehan Seksual?
Penelitian yang diterbitkan oleh Marjorie R. Sable dalam Journal of American College Health pada tahun 2006 menyatakan, alasan utama korban tidak melaporkan tindakan pelecehan yang diterimanya adalah dia merasa malu dan bersalah.
"Banyak orang yang menganggapnya sebagai aib," kata dia.
Anggapan itu membuat sejumlah korban pelecehan malu ketika mereka laporkan kejadian itu ke pihak berwajib.
Ada sejumlah situasi ketika pelecehan itu terjadi, maka si pelaku tidak menerima konsekuensi yang tidak setimpal.
Kalau pun si pelaku terbukti, maka hukuman yang mereka dapatkan dianggap tidak seimbang dengan dampak dari perlakuan yang mereka lakukan.
Hukuman yang cenderung ringan pada pelaku pelecehan itu, menurut para ahli bisa menjadi pemicu pelecehan seksual masih marak terjadi.
Di beberapa lingkungan tertentu seperti di tempat kerja, perilaku pelecehan seksual masih dianggap sesuatu yang wajar.