Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baby Blues Vs Depresi Pascapersalinan, Kenali Perbedaannya

Kompas.com - Diperbarui 17/02/2023, 15:32 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

 

KOMPAS.com - Tasya Kamila mengaku sempat merasakan baby blues saat bersalin pertama kalinya.

Namun pengalaman buruknya itu berhasil terlewati berkat dukungan dari suaminya, Randi Bachtiar dan keluarganya.

Saat melahirkan anak keduanya pada akhir Januari lalu, ia merasa lebih siap secara mental sehingga tak lagi mengalami baby blues.

Baca juga: Ibu Sedih Setelah Melahirkan? Kenali Apa Itu Sindrom Baby Blues

Baby blues Vs depresi pascapersalinan

Baby blues adalah perasaan sedih, kecemasan dan emosi negatif lainnya yang biasanya dialami perempuan setelah melahirkan. 

Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa membahayakan baik untuk ibu dan bayi.

Dalam beberapa kasus terdahulu, baby blues menyebabkan seorang ibu menganiaya anaknya bahkan menghilangkan nyawanya sendiri.

Meski terkesan kejam, perilaku tersebut sebenarnya buah dari gangguan kesehatan mental yang dialami oleh para ibu tersebut.

Baca juga: Alami Baby Blues, Ria Ricis Menangis Ingat Hal yang Diucapkannya pada Moana

Setelah melahirkan, seseorang bisa tiba-tiba merasa tidak bersemangat, sedih, murung bahkan ingin menangis.

Tentunya ini mengherankan karena kehadiran anak identik dengan kebahagiaan untuk setiap orangtua.

Faktanya, menjadi ibu membuat kondisi emosional seseorang rentan sehingga berisiko mengalami masalah kesehatan mental.

Dua keluhan yang paling sering dialami adalah baby blues dan depresi pascapersalinan.

Baca juga: Kasus Bayi di Surabaya, 5 Gangguan Mental yang Kerap Terjadi pada Ibu

Dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan, kita mungkin merasa ingin menangis atau sedih tanpa alasan.

Ini adalah gejala dari baby blues, yang sangat umum dialami oleh semua ibu yang baru melahirkan.

“Statistik yang biasanya dikutip adalah sekitar 70-80 persen wanita melaporkan perasaan sedih atau menangis setelah melahirkan," kata spesialis kandungan Cleveland Clinic, Erica Newlin, MD.

“Baby blues dapat dipengaruhi oleh kurang tidur, stres dan perubahan hormonal,” tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com