Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Kunci Agar Mental Anak Lebih Kuat dan Tak Mudah Putus Asa

Kompas.com - 06/07/2022, 13:05 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Seiring berjalannya waktu, permasalahan bagi anak-anak di dunia ini terasa kian menjadi rumit.

Mulai dari pandemi Covid-19, perubahan cuaca yang ekstrem, hingga kekerasan yang sering menimpa anak-anak.

Nah, tanpa penanganan yang tepat dalam menangani masalah ini, keputusasaan dapat muncul dan kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan juga bisa menurun.

Dengan demikian, mengajarkan tentang adanya harapan baik dapat memberikan mereka energi untuk tetap kuat secara mental selama masa-masa sulit.

Pada akhirnya, kemampuan ini yang membedakan mereka dari anak lainnya yang mudah menyerah.

Anak-anak yang kuat secara mental memahami nilai harapan

Penelitian menunjukkan, harapan dapat secara dramatis mengurangi kecemasan dan depresi masa kanak-kanak.

Anak-anak yang penuh harapan juga memiliki rasa kontrol batin. Karena mereka memandang tantangan dan rintangan sebagai hal yang sementara dan dapat diatasi.

Baca juga: Orangtua Wajib Tahu, Cara Mendidik Anak agar Terhindar dari Pelecehan

Sehingga, mereka lebih mungkin untuk berkembang dan membantu orang lain.

Namun terlepas dari kekuatannya yang luar biasa, harapan biasanya jarang diajarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya.

Ada pun salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kekuatan ini adalah dengan membekali anak-anak dengan keterampilan untuk menangani gundukan hidup yang tak terhindarkan.

Dilansir laman CNBC Make It, psikolog edukasi, Michele Borba, EdD, pun membagikan sembilan cara ilmiah untuk membantu anak-anak mempertahankan harapan, terutama selama masa-masa sulit.

1. Menghentikan hal-hal negatif

Pesimisme yang tidak berdasar dapat dengan mudah menggerogoti harapan, itulah sebabnya penting untuk membantu anak-anak menangkap hal-hal negatif sebelum menjadi kebiasaan.

"Kembangkan kode pribadi untuk memberi sinyal mengenai komentar negatif. Kemudian dorong mereka untuk menyela pikiran negatif," terang Borba.

Selain itu, memberikan nama panggilan untuk suara pesimis mereka ( seperti "Mr Negative Nelly") juga dapat membantu anak-anak mengendalikannya.

2. Gunakan mantra harapan

Kata-kata memiliki kekuatan yang besar. Bantu anak mengembangkan mantra optimistis untuk digunakan selama masa-masa sulit.

Kemudian, ajari mereka menggunakan frasa tersebut untuk mengurangi pesimisme.

Kita juga dapat meminta anak menetapkan mantra positifnya sebagai background ponsel agar selalu teringat.

Sebagai orangtua yang pesimistis, kita juga bisa mengadopsi cara ini sembari mengajarkan anak tentang hal yang sama.

3. Ajarkan brainstorming

Anak-anak yang penuh harapan tidak menghindari masalah. Mereka mengambilnya secara langsung karena mereka telah belajar bahwa masalah dapat diselesaikan.

Baca juga: 4 Kalimat yang Harus Dihindari Orangtua Saat Mendidik Anak soal Screen Time

"Jelaskan kepada anak trik untuk melepaskan diri dapat memicu otak untuk mencari solusi," ungkap dia.

"Kemudian, ajarkan anak untuk brainstorming," sambung dia.

Salah satu triknya adalah dengan menggunakan STAND sebagai akronim untuk membantu anak-anak mengingat langkah-langkahnya:

• Pelan-pelan (slow) agar bisa berpikir.

• Ceritakan (tell) masalahnya.

• Tanyakan (ask), "Apa lagi yang bisa saya lakukan?"

• Sebutkan (name) semua yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya tanpa penilaian.

• Tentukan (decide) pilihan terbaik dan lakukan.

4. Bagikan berita yang penuh harapan

Anak-anak yang penuh harapan mendengar cerita yang penuh harapan.

Media kekerasan dapat menciptakan pandangan dunia sebagai benar-benar kejam, menakutkan, dan berbahaya.

Tapi berita yang menggembirakan membuat harapan anak-anak tetap hidup.

Carilah berita inspiratif untuk dibagikan kepada anak-anak dari waktu ke waktu.

Atau, buat ulasan sebelum tidur tentang bagian-bagian baik tentang hari setiap orang untuk membantu anak-anak menemukan sisi positif mengenai kehidupan.

5. Tanyakan "bagaimana jika?"

Anak-anak pesimistis sering memikirkan kemungkinan yang suram, yang dapat meredupkan harapan mereka.

Baca juga: 10 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak Remaja

Tetapi, anak-anak yang penuh harapan belajar menilai secara akurat.

Ketika anak berbagi keraguan, ajukan pertanyaan "bagaimana jika" untuk memikirkan hasil yang mungkin lebih realistis.

Kita mungkin juga bisa bertanya: "Apa yang mungkin terjadi jika kita mencoba — atau tidak mencoba — itu?"

"Apa hal terburuk yang bisa terjadi? Seberapa besar kemungkinan itu terjadi? Apa hasil yang paling mungkin?"

Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu anak-anak menimbang apakah hasil potensial benar-benar seburuk yang mereka bayangkan.

Sebab, pengetahuan semacam itu bisa menjadi jalan ke depan.

6. Rayakan kesuksesan kecil

Kegagalan yang terjadi berulang bisa menyebabkan keputusasaan. Tetapi, mengakui kesuksesan kecil sekalipun mampu meningkatkan harapan.

"Mendefinisikan kembali sukses sebagai keuntungan atau peningkatan kecil atas kinerja masa lalu karena usaha. Kemudian bantu anak mengidentifikasi keuntungan pribadi," jelas Borba.

"Misalnya, terakhir kali anak mendapatkan sembilan kata dengan benar. Hari ini anak mendapat 10. Itu adalah contoh keuntungan kecil," tambah dia.

7. Tingkatkan ketegasan

Anak-anak yang merasa putus asa merasa sulit untuk membela diri.

Mempelajari ketegasan yang merupakan titik tengah antara kepasifan dan agresi dapat meningkatkan harapan maupun hak pilihan.

Ajarkan juga anak tentang dasar-dasar bahasa tubuh yang percaya diri seperti mengangkat kepala tinggi-tinggi atau menatap mata orang lain saat berbicara.

8. Buat ritual syukur

Menurut Borba, anak-anak yang penuh harapan biasanya tidak pernah melewatkan ritual untuk bersyukur.

Baca juga: Pengasuhan Positif Mudahkan Orangtua dalam Mendidik Anak

Satu studi menemukan, orang yang menyimpan jurnal rasa syukur merasa lebih berharap baik tentang hidup mereka hanya dalam 10 minggu.

Buat tradisi makan bersama, di mana setiap anggota keluarga mengungkapkan satu hal yang mereka syukuri yang terjadi di hari itu.

Di samping itu, kita juga bisa melakukan ritual ini sebelum tidur atau mencatat apresiasi anak-anak dalam jurnal keluarga untuk mengingat bagian-bagian baik dari kehidupan mereka.

9. Membantu orang lain

Menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain bisa menginspirasi harapan dan membangun self-efficacy.

Borba mengatakan, anak-anak yang penuh harapan biasanya memiliki orangtua yang peduli dan menjadi teladan harapan.

"Ajarkan anak untuk menyumbangkan mainan atau pakaian kepada keluarga yang membutuhkan agar mereka melihat dampak kebaikannya," saran dia.

Selain itu, upaya ini harus didorong oleh keprihatinan mereka sendiri dan tidak dirancang agar terlihat bagus saja di mata orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com