BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Bank DBS Indonesia

Bantu Kurangi Sampah Organik, Begini Cara Efisienkan Penggunaan Bahan Makanan

Kompas.com - 15/07/2022, 16:55 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sama seperti sampah plastik, sampah organik dapat berdampak serius terhadap kelestarian lingkungan. Gas metana yang ditimbulkan pada timbunan sampah organik bersifat rumah kaca atau memerangkap panas dari sinar matahari. Ini berarti, sampah jenis ini ikut menyumbang percepatan pemanasan global.

Selain pemanasan global, sampah organik juga bisa mencemari lingkungan dan menimbulkan masalah ketahanan pangan. Timbunan sampah organik juga menandakan adanya pemborosan energi.

Pasalnya, sebagian besar produk organik diproses menggunakan bahan bakar fosil. Bila produk ini terbuang percuma, berarti banyak pula energi terbuang sia-sia.

Baca juga: 4 Langkah Buat Kompos dari Sampah Organik, Pakai Makanan Basi di Rumah

Adapun berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), total timbulan sampah nasional mencapai 28,7 juta ton pada 2021. Dari jumlah tersebut, 30,3 persen di antaranya berasal dari sampah sisa makanan—salah satu jenis sampah organik.

Dari total timbulan sampah nasional tersebut, 40,95 persen di antaranya disumbang oleh aktivitas rumah tangga. Dengan kata lain, aktivitas rumah tangga juga ikut berandil besar dalam penumpukan sampah organik yang berasal dari sisa makanan.

Sebenarnya, permasalahan sampah organik bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup. Misalnya, menggunakan bahan makanan secara efisien.

Anda bisa mengefisienkan penggunaan bahan makanan dengan lima cara berikut.

1. Belanja cerdas

Pengurangan sampah organik dapat dilakukan melalui aktivitas belanja secara cerdas. Anda cukup melakukannya dengan membeli makanan dalam jumlah yang tepat dan sesuai kebutuhan.

Sebagai contoh, ubah jadwal belanja kebutuhan makanan dari bulanan menjadi mingguan agar belanjaan tidak disimpan terlalu lama. Saat berbelanja, bahan makanan yang dibeli sebaiknya sesuai dengan rencana memasak Anda. Dengan begitu, bahan makanan bisa langsung digunakan dan tidak mubazir.

2. Buat food planning

Hal selanjutnya yang dapat dilakukan adalah membuat food planning. Cara membuatnya mudah, Anda hanya perlu mencatat dengan baik makanan yang ingin dikonsumsi, setidaknya untuk seminggu ke depan.

Saat mencatat, perhatikan pula keseimbangan gizinya. Selain baik untuk kesehatan, mengetahui kandungan gizi pada meal plan dapat memudahkan Anda dalam mencari makanan yang sesuai. Dengan begitu, Anda bisa lebih efisien dalam berbelanja.

3. Simpan bahan makanan dengan benar

Penyimpanan yang baik dapat berpengaruh pada tingkat kesegaran dan keawetan dari bahan makanan.

Umumnya, bahan makanan disimpan di dalam kulkas untuk menjaga kesegaran. Akan tetapi, makanan di kulkas kerap tidak tertata secara rapi dan benar. Alhasil, makanan jadi tersimpan terlalu lama dan akhirnya dibuang karena sudah tidak layak konsumsi.

Ilustrasi menyimpan makanan.Dok. Shutterstock/BravissimoS Ilustrasi menyimpan makanan.

Dilansir dari laman medicalnewstoday.com, terdapat beberapa cara untuk menyimpan bahan makanan di kulkas. Pertama, atur suhu kulkas pada 5 derajat Celcius.

Kedua, simpan makanan di wadah tertutup dan bening sehingga mudah dilihat. Ketiga, susun bahan makanan sesuai umur simpannya. Bahan makanan yang berusia lebih pendek letakkan di posisi depan agar mudah dijangkau dan tak terlalu lama tersimpan di kulkas.

Keempat, simpan makanan sesuai jenis di rak kulkas. Sebab, ada beberapa jenis bahan makanan yang harus disimpan berjauhan, seperti buah dan sayur dengan daging.

4. Jangan terlalu perfeksionis dalam memilih bahan makanan

Sebagian besar orang lebih memilih bahan makanan dengan tampilan dan kualitas terbaik saat berbelanja. Sayangnya, kebiasaan ini justru menjadi salah satu penyebab penumpukan limbah organik.

Pasalnya, bahan makanan yang dinilai kurang sempurna jadi terabaikan dan mengalami pembusukan. Alhasil, bahan makanan yang tak terpilih harus terbuang sia-sia.

Dilansir dari laman waste4change.com, Rabu, (10/11/2021), Chief Executive Officer (CEO) and Founder of The Beller Nutritional Institute and a Dietitian Nutritionist Rachel Beller mengatakan, makanan dengan tampilan buruk, terutama buah dan sayuran, tidak berbahaya untuk dikonsumsi selama tidak busuk.

Selama diolah dengan benar, nutrisi pada makanan tersebut tetap bisa memberikan manfaat yang baik untuk tubuh. Oleh karena itu, sebaiknya kurangi sikap perfeksionis dalam berbelanja bahan makanan.

5. Terapkan sistem FIFO

Saat mengolah bahan makanan, terapkan sistem first in first out (FIFO), yakni gunakan bahan makanan yang pertama kali dibeli untuk diolah atau dimasak lebih dulu.

Cara tersebut efektif mengurangi penumpukan bahan makanan di kulkas, terutama bahan makanan basah, seperti buah, sayur, dan daging.

Ilustrasi membuat makanan.Dok. Shutterstock/Tijana Simic. Ilustrasi membuat makanan.

Itulah lima cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah organik dari sisa bahan makanan. Untuk memaksimalkan hal tersebut, ada baiknya setiap orang juga mulai menerapkan kebiasaan makan tanpa sisa.

Adapun untuk membantu masyarakat agar mau menghabiskan setiap makanannya, Bank DBS tengah melakukan gerakan peduli lingkungan melalui kampanye “Towards Zero Food Waste” dan #MakanTanpaSisa.

Untuk diketahui, kampanye “Towards Zero Food Waste” dan #MakanTanpaSisa merupakan gerakan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah makanan yang dapat menimbulkan masalah lingkungan hingga pemanasan global.

Baca juga: Bank DBS Indonesia Kelola Minyak Jelantah Jadi Produk yang Bermanfaat

Lewat kampanye tersebut, masyarakat Indonesia akan diarahkan untuk mulai mengurangi sampah makanan melalui kebiasaan sehari-hari.

Executive Director and Head of Group Strategic Marketing Communication Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, gerakan #MakanTanpaSisa adalah realisasi dari pilar keberlanjutan yang diusung Bank DBS Group, yakni Creating Impact Beyond Banking.

Ia melanjutkan, membantu masyarakat dan menjadi bank dengan tujuan positif merupakan DNA dari Bank DBS Indonesia. Oleh karena itu, Bank DBS Indonesia tak pernah berhenti berinovasi untuk menjadi bank yang mengedepankan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“Semua itu dilakukan Bank DBS Indonesia atas kesadaran sebagai lembaga keuangan yang menjalankan bisnis berkelanjutan demi generasi masa depan dan lingkungan hidup,” terangnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjut Mona, Bank DBS Indonesia juga secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang berdampak sosial lewat kerja sama dengan komunitas dan wirausaha melalui DBS Foundation.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com