KOMPAS.com - Infeksi penyakit ringworm biasanya dialami oleh hewan peliharaan berbulu seperti kucing.
Penyakit satu ini bisa menular ke manusia dan menyebabkan ruam atau gatal di kulit.
Bentuknya melingkar seperti cincin hingga membuat tekstur kulit kucing seperti pecah-pecah.
Terlepas dari namanya, infeksi ringworm tidak ada hubungannya dengan cacing, malah yang jadi penyebabnya adalah infeksi jamur.
Baca juga: Sebaiknya Kucing Dipelihara di Dalam atau di Luar Rumah?
Sebagaimana dilansir Dailypaws, ringworm merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur mikroskopis yang dapat ditemukan di tanah.
Jamur tersebut memakan protein yang ada di bulu hewan dan kulit.
Sehingga, kucing peliharaan yang lebih muda atau kucing berbulu panjang lebih mungkin terkena infeksi ringworm.
Secara medis, ringworm disebut tinea atau dermatofitosis yang merupakan infeksi kulit yang tergolong ke dalam penyakit zoonosis, yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Pada manusia, istilah yang cukup mudah dimengerti mirip seperti penyakit kurap.
Baca juga: Cegah Infeksi Kulit, Pria Juga Butuh Merawat Kuku
Beberapa kucing yang mengalami infeksi ringworm biasanya tidak memiliki tanda khusus.
Pada kasus yang sudah sampai di tahap infeksi, beberapa gejalanya dapat diketahui akan terjadi bulu rontok di area infeksi hingga menimbulkan kebotakan.
Kemudian terlihat luka merah muda bersisik, yang mungkin tekstur kulitnya tampak seperti bintik-bintik.
Infeksi kulit tersebut dapat terjadi di area wajah, telinga, ekor hingga kaki kucing.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter hewan untuk menguji apakah pada bulu kucing kesayangan terdapat ringworm atau tidak.