• Sulfat
Sulfat adalah bahan pembersih yang sering ditemukan dalam sabun mandi dan sampo. Bahan ini melucuti rambut dan kulit dari minyak alami, yang pada gilirannya juga mampu menyebabkan iritasi.
• Paraben
Paraben biasanya ditempatkan dalam produk sebagai pengawet kimia untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang disebut sebagai peniru estrogen.
Baca juga: Mengapa Banyak Produk Kosmetik Membatasi Penggunaan Paraben?
Sayangnya, paraben dapat memiliki efek berbahaya dari waktu ke waktu dengan membuang keseimbangan hormon.
Para ahli pun memperingatkan bahwa hal ini dapat menjadi masalah terutama bagi anak kecil dan mereka yang berisiko terkena kanker payudara.
• Formaldehida
Formaldehida sebenarnya jarang ditemukan dalam daftar bahan skincare karena diklasifikasikan sebagai karsinogen yang diketahui.
Namun kandungan ini sering diganti dengan bahan kimia bernama berbeda (quanterium-15, DMDM hydantoin, diazolinge urea, imidazolidinge urea) yang melepaskan formaldehid dari waktu ke waktu untuk bertindak sebagai pengawet.
Dokter David menjelaskan bahwa poison ivy adalah minyak alami, tetapi bukan minyak yang bisa kita gosokkan ke seluruh kulit.
"Saya memiliki pasien yang cukup sering datang dengan reaksi terhadap minyak esensial alami, jadi sekali lagi, ini adalah salah satu hal di mana setiap orang itu unik dan kita perlu melakukan yang terbaik untuk diri kita sendiri secara unik," ungkapnya.
Dia juga memperingatkan bahwa melihat istilah alami dan organik pada label produk terkadang lebih merupakan trik pemasaran daripada yang lainnya.
Baca juga: 6 Bahan Alami untuk Menghilangkan Milia di Wajah
Karena persyaratan tersebut tidak diatur dan tidak ada standar industri khusus, jadi mereka dapat menawarkan janji kosong.
Selain itu, terkadang suatu produk akan diberi label sebagai alami yang mengacu hanya pada satu atau dua bahan dalam daftar.
Ketika berbicara tentang makanan yang kita masukkan ke dalam tubuh, kita sering diajari untuk mencari daftar bahan yang lebih pendek dan lebih familiar.
Meskipun daftar yang lebih singkat dapat lebih mudah diuraikan, itu tidak akan selalu membuat produk skincare lebih baik.
Saat kita mencari sifat anti-penuaan atau berinvestasi dalam produk skincare tingkat medis, daftar bahannya secara alami akan menjadi sedikit lebih panjang.
Jika merasa kebingungan, mintalah sedikit bantuan — baik dari dokter kulit atau teknologi — untuk membantu menentukan apakah produk tersebut merupakan pilihan yang tepat.
Tidak perlu menjadi kamus berjalan untuk memilih produk skincare dengan bahan yang tepat.
Buat segalanya lebih mudah bagi diri kita sendiri dengan memanfaatkan sumber daya online.
Baca juga: Ramai Tren Membalik Urutan Skincare, Ketahui Dampaknya pada Kulit
Patch test adalah praktik cerdas untuk mengetahui reaksi kulit terhadap produk skincare yang baru.
Cara ini juga dapat membantu menentukan apakah produk atau bahan tertentu akan menyebabkan alergi, mengiritasi kulit, atau menyumbat pori-pori.
"Saya pikir pesan yang dibawa pulang adalah jika itu membuat kulit lebih buruk atau mengiritasi kulit, maka berhentilah menggunakannya karena itu bukan produk yang tepat untuk kita," kata Dr Green.
Baca juga: Serum dengan DNA Salmon untuk Kurangi Efek Alergi Skincare
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.