Karena anak bisa saja melakukan aksi fisik yang menyakiti terhadap teman sebayanya, dengan cara menjitak atau mendorong.
"Anak harus tetap didampingi karena belum tahu kekuatan fisiknya," terang dr. Citra.
Di sisi lain, ia juga menyarankan orangtua supaya memberikan waktu bagi anak untuk menyalurkan energinya selama tiga jam.
Dengan begitu si kecil memiliki cukup kesempatan untuk mencurahkan semua energi yang dimiliki.
Baca juga: Bullying Antar Saudara Pun Berdampak pada Kesehatan Mental
"Kalau dalam tiga jam tidak terpenuhi, mereka agresif karena energi mereka tidak keluar," imbuh dr. Citra.
"Jadi anak masih perlu didampingi sembari dipastikan kebutuhan bergeraknya terpenuhi," sambungnya.
Dokter Citra punya tips lain yang bisa diikuti orangtua supaya anaknya tidak menjadi pelaku bullying.
Caranya adalah menjauhkan anak dari orang-orang yang suka merundung, misalnya di dalam lingkup keluarga atau tetangga.
Kalau pun anak ingin bermain dengan tetangga yang ternyata suka mem-bully, ia menyarankan si buah hati dijauhkan.
"Kita harus bener-bener nge-protect lingkungan anak kita. Jangan di bawa ke sana (tetangga yang suka nge-bully) karena akan terpengaruh," ujar dr. Citra.
"Karena anak tumbuh dan dibesarkan melalui lingkungan," pungkasnya.
Baca juga: Ajari 5 Sikap Tegas Ini kepada Anak agar Tak Jadi Korban Bullying
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.