Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 10/01/2023, 07:55 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Pada 1970-an, pasar jam tangan disesaki dengan berbagai jam tangan elektrik atau kuarsa yang rata-rata dibawa oleh perusahaan asal Jepang.

Dalam hal akurasi dan harga, jam tangan kuarsa secara signifikan lebih unggul dari jam tangan mekanis yang kebanyakan diciptakan watchmaker Swiss.

Perlu diketahui, mesin jam tangan kuarsa hanya memiliki sedikit komponen, tidak seperti jam tangan mekanis yang kompleks.

Itu sebabnya, biaya produksi jam tangan kuarsa lebih murah dibandingkan jam tangan mekanis.

Jam tangan kuarsa juga dapat diproduksi dalam jumlah yang besar.

Berbagai model jam tangan kuarsa dengan harga yang lebih terjangkau mulai membanjiri pasar, termasuk Seiko Astron --jam tangan kuarsa pertama yang diperkenalkan di tahun 1969.

Hal ini membuat produsen jam tangan mekanis terjerumus ke dalam Krisis Kuarsa, atau juga dikenal Revolusi Kuarsa.

Bukan hanya perusahaan kecil yang menjadi korban, beberapa manufaktur jam mekanis kelas menengah dan kelas atas harus mengajukan kebangkrutan.

Hanya beberapa watchmaker yang dapat bertahan.

Di tahun 1970, hanya 600 dari 1.600 manufaktur jam di Swiss yang dapat tetap beroperasi.

Rolex bahkan dibuat kelabakan karena Revolusi Kuarsa. Ogah jatuh ke dalam keterpurukan, merek itu akhirnya "ikut-ikutan" mendesain arloji kuarsa, Oyster Quartz.

Rolex Oyster Quartz menjadi arloji bermesin kuarsa pertama sekaligus satu-satunya arloji kuarsa yang dimiliki manufaktur tersebut hingga saat ini.

Penggabungan antara ASUAG (General Swiss Watch Industry AG) dan SSIH (Societe Suisse de l'Industrie Horlogere) membantu menyelamatkan Swiss sebagai negara pembuat jam.

Kemudian, perusahaan Swatch yang baru didirikan ketika itu menciptakan jam tangan kuarsa murah dengan komponen yang lebih sedikit, turut membantu industri jam tangan Swiss kembali stabil.

Pasar jam tangan Swiss mulai pulih di akhir 1980-an. Jam tangan mekanis kembali populer dan mendominasi pasar.

Krisis Kuarsa membawa dampak positif bagi pembuat jam Swiss: proses manufaktur baru dikembangkan, dan banyak perusahaan yang direstrukturisasi.

Industri jam tangan Swiss berubah arah. Rata-rata watchmaker tidak hanya berfokus pada jam tangan kelas atas, melainkan juga memproduksi jam tangan terjangkau dengan teknologi kuarsa agar mampu bersaing dengan pembuat jam Asia.

Jam tangan mekanis tetap menjadi investasi yang menjanjikan dan memiliki nilai emosional yang berbeda dibandingkan jam tangan kuarsa yang dianggap murahan dan hanya berumur singkat.

Namun jika berbicara soal kecanggihan teknologi, rasanya jam tangan mekanis sulit untuk mengungguli jam tangan kuarsa.

Apalagi dengan hadirnya jam tangan pintar (smartwatch) yang diusung merek-merek semacam Apple dan Samsung, otomatis jam tangan mekanis hanya sebatas benda yang membangkitkan nostalgia, tidak lebih.

Tidak semua penggemar jam tertarik dengan kemewahan yang ditawarkan jam tangan mekanis.

Sebagian justru mencari kesederhanaan, kepraktisan, dan keakuratan waktu, yang hanya dapat ditemui pada jam tangan kuarsa dan jam tangan pintar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com