Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/07/2022, 06:56 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menerapkan pola diet sehat dengan makanan bergizi bisa menjadi solusi untuk menjaga kesehatan dan mencegah penurunan fungsi tubuh dalam waktu cepat.

Namun, segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan bisa memberikan dampak negatif. Begitu juga dengan diet sehat.

Hal ini dialami oleh seorang wanita bernama Rachel Hosie. Dia membagikan pengalaman masa lalunya sebagai penganut diet ketat.

"Sejak remaja, saya sudah tertarik dengan nutrisi. Saya selalu mencoba makan sehat dan mengikuti berbagai diet, dari sup kubis hingga diet 5:2," jelas Hosie, seperti dikutip laman Insider.

Baca juga: Penurunan Berat Badan Bisa Gagal Tanpa Adanya Dukungan Sosial

Keinginan Hosie untuk mengadopsi pola makan sehat mencapai puncaknya ketika dia memasuki awal usia 20-an.

"Seorang wanita dengan tubuh ramping, putih, dan bercahaya menyarankan saya mengurangi gluten, susu, gula, karbohidrat olahan dan makanan lain yang tidak alami dalam diet agar saya menjadi sehat dan bisa menurunkan berat badan," ujar dia.

"Maka saya melakukan itu, meskipun tidak memiliki alergi makanan."

Aturan ketat ini membuat wanita tersebut mengelompokkan makanan menjadi dua, yakni makanan "baik" dan makanan "buruk".

Sekitar empat tahun yang lalu, Hosie menyingkirkan pola pikir tersebut, dan mulai makan segala jenis makanan ketika dalam kondisi defisit kalori.

Baca juga: Riset Buktikan, Operasi Penurunan Berat Badan Turunkan Risiko Kanker

Hasilnya, ia berhasil menurunkan berat badan 15 kilogram dan mampu mengendalikan berat badannya.

"Mendewakan" makanan sehat dalam waktu lama

"Selama bertahun-tahun, saya pikir jika saya makan makanan yang disebut sehat seperti zoodles (zucchini spiral) dibandingkan spageti dan kurma yang ditambahkan mentega almond, saya membuat pilihan diet yang baik dan sehat," ungkap Hosie.

Ia memilih quinoa (sejenis biji-bijian yang teksturnya menyerupai kacang) daripada beras biasa dan memasak makanan dengan minyak kelapa, bukan mentega.

"Saya tidak makan granola selama bertahun-tahun karena saya pikir itu terlalu manis, dan membuat versi saya sendiri dengan kacang, biji-bijian, dan sirup agave yang lebih berkalori dan kurang enak," sambung wanita tersebut.

Di usia pertengahan 20-an, berat badannya mengalami fluktuasi. Terkadang naik, terkadang turun.

"Jika saya hanya bisa berpegang pada makanan 'baik', saya bisa menurunkan berat badan dan tampak seperti wanita yang bercahaya di Instagram," aku Hosie.

Baca juga: 5 Kebiasaan Makan Buruk yang Bisa Ganggu Penurunan Berat Badan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com