Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami Gejala Covid-19 tapi Hasil Antigen Negatif, Kok Bisa?

Kompas.com - 27/07/2022, 08:11 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 harian di Indonesia meningkat, seiring menyebarnya dua subvarian Omicron, BA4 dan BA5.

Kedua subvarian itu tetap dapat menginfeksi seseorang yang sudah divaksinasi lengkap, atau mereka yang sempat terinfeksi Covid-19 sebelumnya.

Gejala dari strain BA4 dan BA5 sulit terlihat. Banyak orang melaporkan tes antigen menunjukkan hasil negatif, namun mereka mengalami gejala Covid-19 seperti demam, kelelahan, nyeri otot, kehilangan indera perasa dan atau penciuman.

Para ahli sedang berusaha mencari tahu apakah mutasi BA5 yang menjadi penyebab utama sulitnya mendeteksi gejala.

Esther Babady, kepala layanan mikrobiologi klinis di Memorial Sloan Kettering Cancer Center di New York mengatakan, subvarian BA5 dan BA4 memerlukan waktu sedikit lebih lama untuk menunjukkan hasil positif melalui tes antigen.

"Ketika mutasi terjadi, entah bagaimana itu mengubah struktur protein yang berbeda ini, yang dapat mengakibatkan penurunan deteksi oleh pengujian antigen," kata Babady.

"Bisa juga pada infeksi BA4 dan BA5, kita tidak menghasilkan protein SARS-CoV-2 yang memadai."

Baca juga: Hadapi Varian Virus Covid-19 Baru, Perlu Vaksin Booster Kedua?

Bisa dipicu dari merek tes antigen tertentu

Ada dugaan lain mengapa strain BA4 dan B5 sulit dideteksi, yakni merek tes antigen tertentu yang digunakan, catat Babady.

"Kesulitan dalam membuat satu hasil untuk semua tes antigen cepat, ada begitu banyak merek yang sudah ada di pasaran dan semuanya tidak sama," imbuhnya.

Namun sampai sejauh ini para ahli belum menyimpulkan tes antigen tidak dapat mendeteksi subvarian BA5, dan klaim tersebut terlalu dini untuk dibuat.

Begitu penjelasan Mohamed Z. Satti, spesialis penyakit menular dan anggota fakultas di division of public health, Michigan State University.

Satti meyakini, setiap individu harus menggunakan tes antigen di rumah jika mereka mengalami gejala atau sudah terpapar seseorang dengan Covid-19.

"Sampai sekarang dari semua data yang saya lihat, pengujian di rumah masih berfungsi dan lumayan sensitif untuk diandalkan," tutur Satti.

"Kita masih harus terus melakukan pengujian di rumah."

Studi terbaru di medRxiv menunjukkan, pada tahap pra-cetak, tidak ada perbedaan signifikan antara akurasi tes antigen di rumah dalam mendeteksi varian omicron dibandingkan varian delta.

Berdasarkan temuan tersebut, Satti mengatakan kemungkinan prevalensi hasil negatif disebabkan oleh penerapan tes antigen di rumah yang tidak akurat.

Ia berpendapat, tenaga medis lebih terampil dalam melakukan tes antigen dibandingkan kebanyakan orang awam.

Hasil negatif dari tes antigen di rumah bisa jadi disebabkan oleh penanganan tes yang tidak tepat, katanya.

Baca juga: Pandemi Belum Usai, Simak Rekomendasi WHO agar Terhindar dari Covid-19

Tindakan yang bisa dilakukan

Selain tes antigen, Babady menganjurkan untuk melakukan tes PCR karena jauh lebih sensitif ketimbang antigen.

"Jika individu memiliki kecurigaan tinggi menderita BA5 dan tes antigen mereka negatif, tes PCR akan benar-benar berguna," ungkap Babady.

Sementara itu Kevin Dieckhaus, kepala divisi penyakit menular di UConn Health menjelaskan, ada baiknya melakukan beberapa kali tes antigen di rumah selama beberapa hari jika kita sulit mendapatkan akses untuk tes PCR.

Jika gejala Covid-19 masih terasa, Dieckhaus menganjurkan untuk tes antigen tiga kali selama tiga hari, dengan rentang waktu 24 jam di antara setiap tes.

"Biasanya kita harus menjalani dua tes selama 24 jam yang hasilnya negatif sebelum kita benar-benar memercayai hasil tes," terang Dieckhaus.

"Saya mendengar beberapa diskusi bahwa mungkin diperlukan lebih banyak pengujian dalam jangka waktu yang lebih lama sebelum kita memercayai hasilnya."

Kemungkinan lain, gejala yang sebenarnya kita rasakan menunjukkan tubuh terserang flu biasa atau alergi.

Apa pun hasil tes antigen, jika kita mengalami gejala yang identik dengan Covid-19, Babady menyarankan kita agar mengisolasi diri dan memakai masker di dalam ruangan.

Ia mencatat, gejala ringan bisa berkembang menjadi gejala parah bagi orang lain, terutama jika orang tersebut lebih berisiko terinfeksi Covid-19 daripada kita.

"Kita masih berada di masa di mana penjelasan yang paling mungkin untuk infeksi pernapasan adalah SARS-CoV-2," kata Babady.

"Meskipun itu bukan Covid-19, kita jangan menularkan virus lain ke orang lain."

Baca juga: Kreasi Masker Baru, Diklaim Bisa Bunuh Covid-19 dalam 30 Detik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com