dr. Widi mengutarakan bahwa 30-50 persen penderita diabetes melitus memang memiliki kadar testosteron yang rendah.
Itu berdampak pada gangguan pembentukan sperma, penurunan libido atau hasrat seksual, dan impotensi -penis tidak bisa ereksi.
Dia menambahkan, infertilitas akibat diabetes melitus juga terjadi karena jaringan testis mengalami perubahan struktur.
Dampak tersebut bisa diperparah dengan kematian sel germinal dan peningkatan stres oksidatif.
"Kalau gangguan produksi sperma nanti konsentrasi dan jumlahnya menurun hingga terjadi kerusakan mitokondria sperma," tutur dr. Widi.
Baca juga: Mencegah Prediabetes Menjadi Diabetes, Bagaimana Caranya?
Diabetes melitus perlu diwaspadai lantaran gangguan kesehatan ini bukanlah penyakit umur.
Karena diabetes melitus dapat menyerang siapa pun, termasuk orang-orang yang usianya masih muda.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam, dr. Melisa Diah Puspitasari, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
"Bisa dengan obat-obatan, olahraga, atau pola makan yang sehat," terang dr. Melisa dalam webinar yang sama.
Pola makan sehat yang dimaksud dr. Melisa terdiri dari 50 persen asupan nabati, 25 persen protein, termasuk 25 persen karbohidrat.
Lebih lanjut, dokter asal Eka Hospital tersebut juga menjelaskan sejumlah faktor risiko tinggi diabetes -terlepas dari infertilitas pria.
Ia mengatakan, orang dapat terserang diabetes melitus apabila kurang beraktivitas fisik atau orangtua sebelumnya terkena penyakit yang sama.
Jika tidak, risiko tinggi diabetes melitus bisa dialami oleh mereka yang sudah didiagnosis menderita pradiabetes, obesitas berat, dan punya riwayat penyakit jantung.
"Diagnosis diabetes melitus itu gula darah puasanya di atas 126, gula darah sewaktu lebih 200, HbA1c di atas 6,5, dan gula darah melebihi 200 setelah tes minum beban gula 75 miligram," kata dia.
dr. Melisa menyarankan agar orang-orang lebih waspada dengan datangnya diabetes melitus.