Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi "Menonton" Horor dengan Telinga, Bukan Mata...

Kompas.com - 31/07/2022, 05:29 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam sebuah ruangan gelap nan sunyi, tiba-tiba terdengar suara-suara yang “mengganggu” datang dari berbagai sisi, seakan mengelilingi kita.

Bahkan, sayup-sayup terdengar suara tangisan seorang perempuan, membuat kita kian takut, merasa tidak nyaman, dan bahkan gelisah.

Ya, itulah sensasi yang akan kita rasakan jika menghadiri pertunjukan Los Harewos Audio Experience: Prahara Tarawangsa yang digelar di De Majestic, Bandung, 29-31 Juli 2022.

Pertunjukan audio bergenre horor yang digadang-gadang menjadi pertunjukan audio pertama yang menggunakan tata suara 5.1 surround system di Indonesia ini menceritakan tentang sekelompok remaja yang menemukan sebuah buku misterius berisi mantra-mantra.

Namun yang tak disangka, buku tersebut malah membuat mereka harus berurusan dengan hal-hal gaib dan menyeramkan.

Poster Los Harewos Audio Experience: Prahara Tarawangsa Poster Los Harewos Audio Experience: Prahara Tarawangsa
Kisah mereka diceritakan lewat sebuah mini video yang menggambarkan latar awal cerita, dilanjutkan dengan pertunjukan full-audio.

Rocker Candil “Seurieus” dan penyanyi asal Bandung Tiara Effendy didapuk sebagai pengisi suara dari dua karakter dalam pertunjukan tersebut.

Ada pun soal alasan dipilihnya audio sebagai metode “storytelling” dari pertunjukan ini adalah karena pihak produser dan penyelenggara berkeinginan untuk mengaktifkan kembali cara seseorang mempresepsikan sesuatu dengan telinga.

“Suara itu punya dampak yang jauh lebih kuat daripada visual kalau kita bisa mengolahnya.”

Demikian kata produser pelaksana Los Harewos Audio Experience Dr. Teddy Hendiawan saat ditemui usai pertunjukan pertama Los Harewos Audio Experience, Jumat (29/7/2022).

Teddy menambahkan, kekuatan suara sebenarnya dapat menyelinap ke dalam alam bawah sadar, mengaktifkan otak seseorang untuk berimajinasi.

“Jadi suara itu bisa sangat membentuk realita. Itu yang sedang kita olah, bahwa kita membuat cerita supaya melekat di kepalanya (orang)."

"Makanya saya bilang, mana yang lebih ngeri, nonton horor tutup mata atau tutup telinga?”

Menurut Teddy, jika seseorang menonton pertunjukan horor dengan menutup mata tanpa menutup telinga seperti pada karya barunya, kengerian pasti akan terjadi.

“Karena kalian dengar bunyi, kalian pasti bayangin setannya masih ada. Tapi kalau kalian tutup telinga, setannya gak ngancam-ngancam amat,” lanjut dia.

Lalu, De Majestic dipilih sebagai lokasi pemutaran audio ini karena nilai sejarah.

“Alasan milih, bukan karena mists. Memang ada urban legend-nya, tapi kita milih Majestic karena De Majestic itu adalah ikon perfilman Indonesia."

"Karena di sini tempat film Indonesia pertama dibuka, Lutung Kasarung,” kata Teddy.

Teddy juga menceritakan tentang hal-hal “di balik layar”, salah satunya soal pemilihan talent.

Dia mengatakan, talent pengisi suara dipilih melalui proses casting ketat. Sebab, dia ingin karakter dalam pertunjukannya menjadi “hidup”.

Nah ganggu banget kan suara si Bita? (salah satu karakter dalam pertunjukan). Kita cari gimana caranya karakternya itu bisa membangkitkan empati orang, gimana orang bisa kesal, bisa marah, Jadi harus hidup,” ujar dia lagi.

Kemudian untuk proses pengerjaan, Teddy mengatakan pihaknya bekerja dengan cara yang mirip seperti pembuatan film animasi.

Mereka menyiapkan naskah terlebih dahulu, merekam dialog, dan melihat kekosongan atau kekurangannya.

Unsur-unsur lain seperti efek suara, musik, dan memikirkan kapan dan di mana kesunyian harus dimasukkan menjadi hal yang berperan dalam kengerian karya ini.

Silence bisa jadi sesuatu yang mengerikan. Jadi kita gak bisa terus bunyi, karena diam itu buat meningkatkan kesan horor dan membuat orang merasa terancam dan gelisah,” kata Teddy.

Dia mengatakan bahwa Los Harewos Audio Experience menyisipkan suara dengan frekuensi rendah yang akan membuat penonton merasa gelisah dan tidak nyaman.

Lalu untuk ke depan, Teddy berharap dapat membuat proyek serupa dengan kualitas yang lebih baik.

“Kita evaluasi, kita pengen kasih yang lebih bagus. Kalau saya sih pingin kasih pengalaman yang lebih dari ini, yang secara psikologis membuat penonton bisa berempati pada karakter,” cetus dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com