Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Orangtua Harus Belajar Mengelola Emosi Anak

Kompas.com - 01/08/2022, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Mendampingi anak dalam masa tumbuh kembangnya jelas hal yang tidak mudah. Terlebih pada saat anak menginjak masa eksplorasi yaitu usia tiga sampai enam tahun, yang merupakan masa-masa krusial perkembangan pola pikir mereka.

Dalam hal ini, orangtua pasti dihadapkan pada tingkah anak yang terkadang membuat gemas. Karena rasa ingin tahu dan kecenderungan untuk terus bermain pun membuat anak sangat sulit dikontrol.

Menghadapi situasi pengasuhan yang sulit, membuat orangtua lelah dan terpengaruh secara emosional.

Sering kali kita menemukan fakta bahwa orangtua menggunakan cara membentak anak untuk menghindari mereka berbuat hal buruk. Padahal, pada masa tersebut, kecerdasan emosional anak tanpa sadar juga sedang dilatih.

Maka dari itu, meninggikan nada, membentak, memarahi, bahkan menjatuhkan atau menghina anak bukanlah sebuah solusi. Di sisi lain, orangtua yang sadar akan hal ini juga memendam emosinya yang dapat berakibat buruk.

Lantas, apa yang harus kita lakukan agar kontrol emosi kita tetap terjaga?

Pembahasan ini secara lengkap dipaparkan oleh Pritta Tyas, Co-Founder Good Enough Parents dan Montessori & Certified Positive Discipline Parents Educator, dalam siniar Obrolan Meja Makan dalam episode bertajuk "Seni Mengelola Emosi Orangtua Terhadap Anak” yang tayang di Spotify.

Hal yang Harus Dilakukan Saat Emosi Anak Tersulut

Kita tentu harus sabar dalam menghadapi anak, namun menurut Pritta, sabar saja tidak cukup. Sebagai orangtua, kita juga memerlukan ilmu dan latihan untuk mengelola emosi. Dalam hal ini, Pritta membaginya ke dalam 3A.

Pertama, acknowledge our emotion atau ketahui emosi apa yang kita rasakan. Misalnya, ketika anak sedang makan tetapi makanannya ia buang-buang ke lantai. Tanyakan kepada diri sendiri apa yang kita rasakan.

Baca juga: Kiat Menjadi Single Mother yang Baik bagi Anak

Apakah yang timbul perasaan marah, kecewa, atau bahkan ingin menangis? Lalu, pikirkan seperti apa kamu ingin melampiaskannya. Namun, jika itu buruk hentikan pikiran untuk melampiaskannya.

Penelitian menunjukkan, mengetahui emosi dan apa yang kita rasakan dan apa yang ingin kita lakukan dapat meminimalisir emosi jahat menguasai kita. Pritta menambahkan, "Jadi kalau kita menyadari, kamu pengen teriak nih, pengen nyubit, ini menurunkan intensi kita untuk beneran teriak."

Kedua, allow our emotion atau perbolehkan diri kita untuk merasakan emosi. Katakan kepada diri sendiri bahwa kita boleh merasakan perasaan seperti marah, kecewa, dan lainnya. Karena rasa atau emosi itu tidak pernah salah dan harus kita atur adalah respons kita ketika emosi itu menguasai.

Hal yang harus kita hindari adalah pemikiran bahwa pelajaran parenting yang telah kita gunakan akan berakhir sia-sia jika kita tetap dikuasai emosi tersebut dan marah pada anak. Itu harus dihindari karena kita akan berkonflik dengan diri sendiri antara kemarahan dan pemikiran bahwa kita tidak boleh marah pada anak.

Konflik ini justru membuat kita stres dan ingin melampiaskannya pada suatu hal. Katakan pada diri sendiri, emosi seperti marah atau lelah adalah hal yang wajar dirasakan karena mengurus anak bukan perkara yang mudah.

Ketiga, acceptable solution atau menerimanya dan mencari solusi. Setelah hal buruk yang dilakukan anak, seperti membuang-buang makanan, kita harus bisa menentukan respons terbaik apa yang bisa kita lakukan untuk anak.

Untuk mengetahui respons terbaik yang dapat dilakukan, kita harus mengetahui latar belakang dan sifat anak. Misalnya, anak yang masih dalam tahap eksplorasi terkadang melakukan percobaan hal-hal yang dapat membahayakan.

Baca juga: 5 Cara Memperbaiki Hubungan setelah Diselingkuhi

Hal tersebut tentu tidak dapat dibiarkan, namun jika kita memiliki pengetahuan soal usia anak, kita mungkin dapat menganggap bahwa itu hal yang wajar untuk anak seusianya. Dapat diartikan pula, acceptable solution memberikan solusi terbaik.

Dengarkan juga pada saat apa saja emosi kita tersulut dan bagaimana cara menenangkan anak yang tantrum di tempat umum? Simak penjelasannya dalam Siniar Obrolan Meja episode "‘Seni Mengelola Emosi Orangtua Terhadap Anak” yang tayang di Spotify.

Simak juga episode lainnya mengenai parenting dan isu yang cocok untuk pasangan suami istri atau yang baru mempersiapkan pernikahan!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com