KOMPAS.com - Kelahiran bayi kembar tampaknya menjadi satu hal yang diidam-idamkan sebagian orangtua.
Meski begitu, bayi kembar memiliki risiko tersendiri. Pada beberapa kasus, janin di dalam kandungan bisa tumbuh dan lahir secara fisik terhubung satu sama lain. Kondisi ini disebut sebagai kembar siam.
Melansir laman Mayoclinic, kembar siam berkembang ketika embrio awal terpisah sebagian untuk membentuk dua individu.
Dua janin tersebut akan berkembang, namun beberapa kelainan yang jarang terjadi bisa membuat keduanya menyatu secara fisik, paling sering di dada, perut atau panggul.
Beberapa kasus kembar siam juga ditandai dengan lebih dari satu bagian tubuh yang menyatu, seperti di organ bagian dalam hingga otak.
Seiring kemajuan teknologi dan dunia medis dalam pembedahan, bayi kembar siam memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi.
Tetapi keberhasilan pasca-operasi bergantung pada kondisi kembar siam yang dialami, berapa banyak dan organ apa saya yang dapat dipisahkan serta pengalaman hingga jam terbang tim bedah.
Baca juga: Kisah Yuliana-Yuliani, Kembar Siam Dempet Kepala Operasi Tahun 1987
Tidak ada tanda atau gejala khusus yang dapat mengindikasikan kehamilan kembar siam.
Pada umumnya, ibu hamil dapat merasakan tanda kehamilan seperti anak kembar biasanya.
Beberapa gejala yang dirasakan mulai dari rahim yang tumbuh lebih cepat dibandingkan janin tunggal. Beberapa kemungkinan lainnya ibu hamil merasa lebih cepat lelah, mual dan muntah di trimester pertama.
Untuk mendeteksinya, kembar siam dapat didiagnosis sejak awal kehamilan menggunakan USG standar.
Faktor risiko kembar siam bisa dikatakan sebagai kondisi yang langka dan penyebabnya juga belum jelas.
Beberapa teori menyebutkan bayi kembar siam disebabkan karena adanya keterlambatan perkembangan embrio menjadi janin di fase awal kehamilan.
Misalnya pada kembar identik dapat terjadi ketika sel telur yang dibuahi membelah dan berkembang menjadi dua janin.